Mohon tunggu...
Veronica Setiawati
Veronica Setiawati Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Hobby petualangan dan traveling

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Ganjuran yang Tradisional

16 Oktober 2010   11:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:23 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika kaki memasuki halaman parkir Gereja Ganjuran , saya dan teman-teman ziarek disambut oleh dua orang bapak yang memang sebagai penerima tamu. Mereka memakai pakaian jawa lengkap dengan blankon ( penutup kepala ) , baju beskap atau pakaian yang dikenakan kartun doyok dan kain panjang. Dari pintu luar halaman gereja pun sudah terlihat bentuk bangunan gereja yang menyerupai rumah joglo , rumah adat Jawa Tengah. Saya berdiri di tengah halaman tengah kompleks gereja. Berdecakkagum melihat bangunan unik yang ada dihadapan saya. Namun karena kami hendak berdoa bersama-sama dahulumaka saya dan teman-teman mencari tempat berkumpul di sebuah tempat dekat candi hati kudus Yesus. Ooh yaa Candi Hati Kudus Yesus inilah yang membuat menarik dari Ganjuran.

Setelah selesai berdoa bersama, diberi kesempatan untuk waktu pribadi dan saya pergi ke dalam gerejanya. Tidak ada pintu, semua terbuka dari segala sisi. Tiang-tiang penyangganya dominan berwarna hijau. Di bagian tengah gereja terdapat empat pilar besar berdiri menahan langit-langitgereja yang terbagi empat bagian. Ukiran yang terdapat di setiap tiang penyangga sangat menarik k

arena berwarna hijau, kuning emas serta dipadupadankan dengan kursi kayu yang memanjang lengkap dengan tempat berlututnya. Menambah sejuk ketika berada ditengah-tengah atau duduk didalam gereja.

Pada bagian altar didominasi warna keemasan. Di belakang altar terdapat replika dua orang malaikat bersayap yang bersembah sujud menghadap sebuah tabernakel. Dibagian atas ada lukisan lidah api dan burung merpati yang merupakah symbol dari Roh yang berasal dari Allah. Sebelah kiri dan kanan altar terdapat replika dari Bunda Maria dan Hati Kudus Yesus. Dan sebelah kanan gereja, ada sebuah ruangan agak diluar terdapat alat-alat musik tradisional jawa. Disebelahnya persis terdapat bangunan yang dipakai sebagai pastoran dan sekretariat gereja ganjuran . Bangunan ini diresmikan oleh Bupati bantul Drs. H.M Idwam Samawi pada tanggal 23 Agustus 2009.

Diseberang gereja ada dua buah pendopo yang cukup besar. Dapat digunakan pengunjung atau para pengantar untuk beristirahat. Jika diperhatikan dibagian atas luar pendopo terdapat lukisan kaca yang menggambarkan dua orang malaikat sedang menyembah seorang raja di tengah mereka. Selain yang ada di atas bangunan pendopo , terdapat gambar dan replika tokoh-tokoh Yesus dan Maria , para malaikat. Semua gambar yang ada di lokasi gereja Ganjuran juga sangat tradisional pakaiannya seperti pakaian yang ada dalam wayang orang atau seperti yang ada pada candi Prambanan. Gaya arsitektur dan tradisi jawa sangat-sangat kental terasa jika berada di gereja Ganjuran. Begitupun yang terdapat pada tempat-tempat perhentian setiap jalan salib.

Menurut sejarahnya Gereja Ganjuranini dibangun atas dasar sebuah ucapan syukur karena berkat yang melimpah. Bangunan gereja Ganjuran yang luasnya sekitar 2,5 ha ini dibangun oleh keluarga Schumutzuer pada tanggal 16 April 1924 dan mempunyai sebuah candi yang letaknya dipojok kompleks gereja. Mereka sekeluarga bersyukur bisa terlepas darikrisis kepanjangan serta m

emberi kemakmuran bagi para karyawan pabrik Gula nya juga masyarakat sekitarnya. Sehingga sampai sekarang gereja dan candi hati kudus yesus dijadikan tempat perziarahan dan ucapan syukur serta permohonan umat katolik.

Pelataran candi cukup luas dapat dipakai umat yang datang untuk berdoa, meletakkan lilin doa. Air suci yang diambil di sisi kanan candi dari sumber air juga terdapat di sebelah kanan candi dekat dengan toko souvernir. Untuk memasuki pintu masuk candi pun hanya disarankan dua orang saja karena memang pintunya sangat kecil hanya cukup dua orang. Ketika sampai di dalam pun pendoa hanya bisa bersila atau duduk dengan memakai lutut dihadapan replika Yesus yang menunjuk hati-Nya. Dari gambar inilah maka sehingga candi ini dinamakan Candi Hati Kudus

Yesus. Kemudian jika hendak masuk ke dalam candi diwajibkan berjalan sungkem atau menggunakan lutut bila menaiki anak tangganya. Begitupun jika turun tidak boleh membelakanginya melainkan berjalan mundur sampai dipelataran candi. Mereka yang datang biasanya mempunyai ujud dan permohonan doa.

Seperti yang tadi saya sebutkan, di sebelah kanan candi terdapat pancuran air yang digunakan untuk mencuci muka. Jika ingin membawa pulang dapat ditampung pada sebuah tempat/jerigen kecil untuk di doakan dengan diletakkan pada pelataran candi. Bila ingin membeli tempat untuk jerigen air dapat dibeli di kedai yang tidak jauh dari candi. Harganya juga sangat terjangkau. Selain itupun terdapat juga benda-benda rohani, kaos, lukisan, dan lainnya.

Gereja dan candi hati kudus Yesus ganjuran ini pun telah diresmikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono XI dan terdapat prasastinya di dalam gereja. Sewaktu gempa melanda Jogjakarta, bangunan gereja mengalami kerusakan dan baru selesai direnovasi. Tetapi bangunan candi tidak mengalami kerusakan apapun.Selain itu terdapat juga prasasti ucapan syukur yang diperbarui oleh Mgr Yustinus Kardinal Darmoyuwono. Disebelah kiri candi terdapat sebuah bangunan lain yang berisi alat-alat musik tradisional jawa, mungkin digunakan jika ada acara-acara tertentu.

Di dekat lokasi gereja ada tempat untuk mandi. Ada sebuah ketentuan tidak tertulis setempat jika mandi di air pancuran tersebut disarankan untuk tidak memakai sabun mandi ataupun menggunakan handuk. Karena air pancuran tersebut akan kering dengan sendirinya dibadan. Kebetulan pikir saya, sebab cukup lumayan badan saya sudah lengket semalaman perjalanan dibus ya akhirnya saya mandi.

Bersyukur sekali saya dapat menginjakan kaki ditempat ini. Gereja dan candi yang sangat sarat dengan tata cara tradisional jawa dan baru kali ini saya kunjungi.

Tempat yang unik dan menarik dimana masih tersimpan budaya jawa yang cukup kental. Bahkan ketika saya melihat di jadwal misa terdapat beberapa hari yang di tentukan masih memakai bahasa jawa. Dan setiap akhir bulan Juni ada prosesi atau perarakan Sakramen Mahakudus di pelataran candi serta menggunakan tradisi Jawa.

Gereja dan Candi Hati Kudus Yesus Ganjuran , 28 Mei 2010

Veronica Setiawati

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun