[caption id="attachment_189027" align="aligncenter" width="470" caption="Pawai "][/caption]
Niat suci bangsa Indonesia untuk menjadikan Tanah Papua sebagai Tanah Damai, tampaknya masih harus diperjuangkan secara sungguh-sungguh. Kekerasan dalam berbagai bentuk, lebih-lebih dengan menggunakan senjata api seolah pemandangan lumrah di wilayah paling timur Indonesia ini. Bahkan tak jarang kekerasan itu terjadi tepat di hari-hari suci bagi Orang Papua yang mayoritas beragama Nasrani.
Contohnya indisiden yang terjadi Kamis, 17 Mei 2012 lalu, di saat umat Kristiani di Papua tengahmerayakan Hari Kenaikan Isa Almasih sekitar pukul 09.15 WIT, warga Kampung Yelinggua Distrik Mulia dikejutkan rentetan bunyi tembakan dari sekelompok orang yang diduga kelompok Separatis OPM (Organisasi Papua Merdeka).
Akibatnya, Arkilaus Refwatu (48), warga Kampung Wuyukwi distrik Mulia, Puncak Jaya yang sehari-harinya dikenal sebagai tukang ojek, tewas di tempat. Selain Arkilaus, masih ada tiga warga Kampung Ampribumi yang juga menjadi korban amukan tembakan, namun mereka masih bisa diselamatkan. Mereka adalah Tarinus Tabuni (17) terkena rekoset peluru pada bagian tengkorak belakang, dan kini dalam kondisi kritis, Taringgen Murib (55) terkena peluru pada paha kiri, dan Uniter Murib (20) terkena peluru pada bagian lengan tangan kanan.
Para korban penembakan itu kebetulan sedang melintas di tempat kejadian. Korban tewas sudah dievakuasi ke Nabire dengan pesawat Trigana, sedang tiga korban luka saat ini sedang mendapatkan perawatan intensifdi RSUD Mulia Kabupaten Puncak Jaya, Papua.
http://www.tribunnews.com/2012/05/17/kelompok-separatis-berulah-1-warga-tewas-dan-3-luka-luka
Insiden pada hari raya ini mengingatkan kita pada peristiwa Hari Minggu Paskah 8 April 2012 yang lalu. Sekelompok warga sipil bersenjata berjumlah lebih dari lima orang memberondong sebuah pesawat Twin otter milik maskapai Trigana Air saat hendak parkir di apronBandara Mulia, Puncak Jaya, Papua.
Penembakan itu menyebabkan pesawat naas itu kehilangan kendali dan menabrak bangunan di sekitar Bandara. Satu orang tewas terkena tembakan pada bagian leher, sedangkan 4 orang lainnya termasuk pilot dan coo-polot mengalami luka-luka.
Korban tewas diketahui bernama Leiron Kogoya, wartawan Papua Pos Nabire (grup Pasific Post) yang baru ditugaskan ke Puncak Jaya untuk meliput kegiatan pilkada.
http://www.bintangpapua.com/headline/21088-demo-anarkis-wartawan-siap-boikot
Kejadian-kejadian penembakan yang membabi buta ini sudah sangat sering terjadidi Tanah Papua yang sedang gencar-gencarnya dikampanyekan sebagai Zona Damai itu. Kita hanya bisa mengurut dada setiap kali menyaksikan korban-korban penembakan yang terus berjatuhan, entah itu karena ulah kelompok sipil bersenjata maupun akibat arogansi aparat kemanan yang sedang bertugas di wilayah Papua, seperti insiden yang terjadi tempat biliard di lokasi penambangan emas ilegal di Dageuwo yang menyebabkan empat warga sipil tertembak oleh aparat Brimob, satu di antaranya tewas di tempat. http://tabloidjubi.com/seputar-tanah-papua/18335-polisi-tembak-tiga-warga-sipil-di-degeuwo
Siapapun pelakunya, mereka patut dikutuk dan dijaikan musuh bersama seluruh anak bangsa di negeri ini. Kita bisa memahami kalau aparat keamanan terpaksa harus bersikap tegas terhadap ulah sekelompok orang yang memperjuangkan aspirasi politiknya dengan menggunakan senjata. Namun kita juga prihatin jika masih ada satu-dua aparat berseragam melakukan penembakan terhadap warga sipil tanpa alalsan yang sah kemudian berlindung di balik tugas negara.
Jika perilaku seperti ini tidak bisa kita hentikan, maka Papua sebagai Zona Damai sampai kapanpun hanya akan menjadi slogan tanpa makna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H