Mohon tunggu...
Veronika Nainggolan
Veronika Nainggolan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Baru selesai kuliah, sdg mengadu nasib di ibukota. \r\n\r\nMotto : "MENGAMATI lalu MENULIS" \r\n \r\nuntuk KEDAMAIAN NEGERI......\r\n \r\n

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Guru Lillahitaala di Aceh Utara

4 Mei 2016   10:58 Diperbarui: 4 Mei 2016   12:27 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dari sekian banyak faktor yang menentukan kualitas pendidikan sebuah bangsa, guru adalah salah satu faktor terpentingnya. Namun, nasib mereka kadang hanya dibicarakan sekali dalam setahun, yaitu pada momentum Hardiknas yang diperingati setiap tanggal 2 Mei.

Kompas.com menyuguhkan kepada kita sebuah gambaran tentang kondisi obyektif yang sudah sepuluh tahun dialami sejumlah guru di wilayah Aceh Utara. Gambaran itu seakan memberikan legitimasi, mengapa pendidikan di Provinsi Aceh menempati peringkat ke-32 nasional. https://zonadamai.com/2016/05/02/terpuruk-di-peringkat-32-nasional-mahasiswa-tuding-pemerintahan-zaini-muzakir-politisasi-isu-pendidikan/

Perhatian yang minim dari pemerintah Kab. Aceh Utara, maupun dari Pemprov Aceh melahirkan sebuah ungkapan yang cukup populer di kalangan guru di Lhokseumawe, 'Guru Lillahitaala'. Yaitu sebutan untuk guru yang tidak memiliki gaji tetap, hanya dibayar dengan honor seadanya saja. http://regional.kompas.com/read/2016/05/03/20300011/Sekolah.di.Pedalaman.Aceh.Ini.Hanya.Beratap.Seng.dengan.Guru.Berhonor.Lillahitaala.

Kisah tentang dinding bangunan sekolah yang bolong-bolong, atap dari seng yang bocor, dan guru lillahitaalah yang diangkat oleh Kompas.com di atas, mungkin hanya satu dari puluhan bahkan ribuan contoh soal yang sama di seluruh negeri yang gemah ripah loh jinawi ini.  

Entah disengaja atau tidak, contoh soal yang diangkat Kompas.com persis terjadi di tempat kelahiran tokoh politik paling berpengaruh di Aceh saat ini, yaitu Muzakir Manaf. Disebut demikian, karena ia memiliki sejumlah posisi penting, yaitu sebagai Wakil Gubernur, dan Ketua Parta Aceh (PA) yang memiliki wakil paling banyak di DPR Aceh saat ini. Namun justru di tempat kelahiran ketua PA inilah (Aceh Utara) ketertinggalan itu paling tampak kasat mata. 

Di bawah kepemimpinan Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf (keduanya adalah petinggi PA), Provinsi Aceh saat ini mendapatkan dua predikat buruk. Dengan 859 ribu warga miskin (Maret 2016) Aceh menempati urutan ke-7 provinsi termiskin di Indonesia, dan peringkat ke-32 nasional di bidang pendidikan. Padahal Aceh adalah daerah otonomi khusus dengan dana otsus puluhan triliun setiap tahunnya. 

Jika masyarakat Aceh tak ingin semakin terpuruk, pertimbangkan dengan pikiran jernih untuk memperyakan kembali Pemerintahan Aceh lima tahun ke depan (2017-2022) kepada kedua tokoh ini.(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun