Mohon tunggu...
Veronika Nainggolan
Veronika Nainggolan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Baru selesai kuliah, sdg mengadu nasib di ibukota. \r\n\r\nMotto : "MENGAMATI lalu MENULIS" \r\n \r\nuntuk KEDAMAIAN NEGERI......\r\n \r\n

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Membumikan Slogan ‘Indonesia Hebat’ di Papua

22 September 2014   22:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:55 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_360854" align="aligncenter" width="471" caption="ilustrasi: olahan www.indonesiahebat.com"][/caption]

Masih tertanam kuat dalam benak kita semboyan ‘Indonesia Hebat’ yang dikampanyekan Capres Jokowi-JK beberapa waktu lalu. Barangkali semboyan itu masih tertemple di papan reklame di sejumlah tempat di sekitar kita. Slogan itu pulalah yang menjadi salah satu faktor yang mengantarkan pasangan Jokowi-JK ke kursi RI-1dan RI-2 untuk lima tahun ke depan.

Mirip dengan slogan itu, jauh sebelumnya pasangan Lukas Enembe – Klemen Tinal (paket Lukmen) sudah lebih dahulu mengkampanyekan ‘Papua Bangkit, Sejahtera, dan Mandiri’. Jika disandingkan dengan slogan ‘Indonesia Hebat’ kedua slogan itu tampak seiring-sejalan. Artinya, Indonesia baru bisa dibilang “Hebat” kalau Papua bisa bangkit, sejahtera dan mandiri.

Atau dalam rumusan lain, apa artinya ‘Indonesia Hebat’ jika Papua tetap saja tertinggal dalam banyak aspek. Apa artinya ‘Indonesia Hebat’ kalau lima tahun ke depan Pemerintah Jokowi-JK tidak bisa menurunkan angka 6.17 juta orang buta aksara dimana 30,93 persen-nya ada di Papua (data Kompas cetak, 22 September 2014). Apa artinya ‘Indonesia Hebat’ kalau harga semen di Papua mencapai Rp 1,5 juta per zak, bensin hingga Rp 50 ribu per liter dst.

Untuk menjawab persoalan itu, Gubernur Papua mengaku sudah berdiskusi dengan presiden terpilih Jokowi tentang model transportasi apa yang paling gampang di Papua dibandingkan dengan membangun jalan raya karena medan yang sangat berat. Menurut Enembe, model transportasi yang paling pas untuk menjawab persoalan di atas adalah infrastruktur kereta api. Membangun jaringan rel kereta api di Papua tidak merusak lingkungan dibandingkan jika kita membangun jalan raya. http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/14/09/22/nc9hsx-kurang-pede-alasan-jokowi-usulkan-megawati-jadi-ketum-lagi

Keinginan ini sebenarnya sudah tercetus sejak masa kampanye capres Jokowi-JK dengan gagasan ‘tol laut’ untuk memudahkan lalu lintas barang dari Jawa dan Sumatera ke wilayah timur Indonesia. Jika infrastruktur kereta api jadi dibangun di Papua, itu akan memudahkan distribusi barang dimaksud ke wilayah-wilayah yang selama ini transportasinya masih sulit, seperti di wilayah pegunungan Papua dan daerah-daerah terpencil lainnya. Dengan demikian, seluruh wilayah Papua dapat terkoneksi sehingga distribusi barang-barang kebutuhan pokok dari kota ke wilayah pegunungan akan lebih lancar dan biaya murah, sehingga masyarakat Papua di pegunungan pun bisa membeli barang-barang kebutuhan pokok tersebut dengan biaya murah pula.

Untuk mewujudkannya tentu saja Pemerintahan Jokowi-JK tidak dapat bekerja sendirian tanpa dukungan dan partisipasi dari pemda-pemda maupun kelompok-kelompok swasta yang peduli. Di atas semuanya itu adalah dukungan masyarakat Papua sendiri untuk ikut membangun kemajuan di kampung halamannya masing-masing. Dukungan bisa dalam bentuk giat belajar lalu mengabdikan ilmunya bagi kelompok-kelompok masyarakat yang berpendidikan rendah, bersama-sama memerangi buta aksara, mengutuk aksi-aksi penembakan oleh kelompok sipil bersenjata dsb. Ini jauh lebih bermanfaat ketimbang ikut-ikutan berunjuk rasa menuntut referendum ulang, menolak Otsus, dsb.

Seperti kata bijak Mother Theresa: “lebih baik menyalakan sebatang lilin daripadamengutuki kegelapan”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun