JUDUL: JIKA KITA TAK PERNAH BAIK BAIK SAJA
PENGARANG: ALVI SYAHRIN
PENERBIT: GAGAS MEDIA
PENYUNTING: TESARA RAFIANTIKA
TAHUN TERBIT: 2019
HALAMAN: 236 HALAMAN
SAMPUL: SOFT COVER
BERAT: 200 g
ISBN: 9789797809485
JIKA KITA TAK PERNAH BAIK-BAIK SAJA
Oleh:
ALVI SYAHRIN
Buku ini berisi tentang bagaimana cara kita bersikap ketika kita memasuki fase pendewasaan. Bagaimana orang-orang di sekitar kita berharap kita dapat memenuhi ekspektasi mereka. Tentang tuntutan-tuntutan baru yang datang secara tiba-tiba. Mencintai, melepaskan, mengiklaskan dan juga mencintai diri sendiri.
Buku ini akan menjadi pengingat yang efektif, khususnya yang baru lulus SMA, agar tidak perlu merasa cemas akan kehidupan yang tidak sempurna. Berikut adalah ringkasan tiap-tiap Bab-nya:
➢ Bab 1: Membahas “patah hati, penghianatan, kehilangan”.
Di bab ini di ceritakan tentang sang pemeran utama yang kehilangan cintanya. Dimana dia menangis dan bersedih seorang diri, sebelum perlahan mereda dan menemukan sesuatu yang memotivasinya untuk kembali menjalani hidupnya yang sempat tertunda. Dia mulai melihat ke arah sekitar, mencoba mencari cara agar tidak tenggelam dalam lautan kesedihan, sebelum kemudian perlahan berenang ketepian.
Memang beberapa hal dalam hidup ini harus di perjuangkan seorang diri. Ketika kita sampai, kita perlahan memulai perjalanan yang baru. Entah kisah cinta, atau cita-cita baru. Yang pasti selama semua hal tersebut tetap membawa dampak positif dan membawa kita kejalan yang baik, kenapa tidak.
➢ Bab 2: Membahas “Letting go - melepaskan” .
Melepaskan bukanlah hal yang mudah untuk di lakukan. Melepaskan dan berdamai dengan masa lalu tidak hanya sekedar kita bisa mengatakan “aku sudah melepaskan nya” atau “aku sudah berdamai dengan masa lalu dan rasa sakit yang aku rasakan”. melepaskan dan berdamai dengan masa lalu adalah meneirma dan merasakan rasa sakit atas kesalahan yang kita lakukan di masa lalu.
Melepaskan dan berdamai juga membawa kita lebih dekat lagi dengan tuhan. Dengan kita terus berdoa kepada Tuhan agar segala rasa sakit dan kecemasan yang ada segera hilang dari hati kita. Saat kita akhirnya menyadari, bahwa segala sakit dan ketidak nyamanan yang kita rasakan sekarang adalah karna ulah kita sendiri, berarti kita mulai memasuki fase pendewasaan diri.
➢ Bab 3: Membahas “Kebahagiaan yang telah lama hilang”
Di Bab ini sang penulis menceritakan tentang tujuan hidup yang bukan tentang mencari kebahagiaan untuk diri sendiri saja. Namun, bukan berarti kita menutup segala kemungkinan kita mencapai perasaan bahagia. Bahagia mememiliki resikonya sendiri, tugas kita adalah mencari dan berusaha untuk meraih hal baik yang kita inginkan.
Disini juga di jelaskan, bahwa dalam proses meraih hal baik tersebut kita tidak hanya berfokus pada hasilnya. Tetapi juga pada seluruh proses yang mengajarkan kita banyak hal. Sesungguhnya kita tidak akan tahu sebuah kenyamanan kalau kita tidak pernah merasakan tidak nyaman, begitu juga dengan kebahagiaan. Jadi, jangan menjadikan kebahagiaan sebagai tujuan akhir.
➢ Bab 4: Membahas “ self love”
Bagian terakhir dari buku ini menceritakan tentang bagaimana sang penulis akhirnya mendapatkan kebahagian dengan cara mencintai dirinya sendiri. Kita sering bertanya-tanya, tentang “bagaimana cara aku menerima segala keburukan ku?”, atau tentang “bagaimana aku dapat mencintai diriku sendiri jika aku tidak menyukai diriku sendiri ini?”. padahal jawabannya sudah jelas, jengan terus menerus membandingkan hidup kita dengan milik orang lain. Toh, semua manusia memiliki kesalahannya masing masing dalam hidupnya.