Mohon tunggu...
Muh Ferdhiyadi N
Muh Ferdhiyadi N Mohon Tunggu... -

Melawan lupa. Merawat dendam. Menolak patuh.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Boneka Tuan: Sebuah Realitas Disorientasi Gerakan Lembaga Kemahasiswaan di UNM

8 Juli 2014   20:47 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:59 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya melihat kebenaran melalui teleskop palsu.

Dan... Iya, kebenaran hanyalah bualan yang indah. “jrx”

Pendiskusian sampai pada perdebatan yang begitu panjang tentang bagaimana, mengapa dan untuk apa Lembaga Kemahasiswaan (L.K) di UNM adalah fakta bahwa masih adanya yang peduli tentang masa depan lembaga. Pertanyaan yang paling mendasar adalah apa tujuan dari Lembaga Kemahasiswaan? Kalau kita meneropong kembali sejarah lahirnya Lembaga Kemahasiswaan atau Organisasi Mahasiswa di Indonesia bahwa munculnya konsepsi tentang arti penting organisasi bagi mahasiswa atau pemuda di zaman kolonial berdasarkan semangat persatuan dan kedaulatan sebuah bangsa maka jelas bahwa cikal bakal lahirnya organisasi kemahasiswaan adalah sebuah upaya untuk membebaskan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan dan penghisapan kolonial Belanda dengan menjadikan organisasi kemahasiswaan sebagai alat perjuangannya hingga berhasil menyatukan diri dengan seluruh rakyat dan menjalankan revolusi 1945.

Lembaga kemahasiswaan ibarat laboratorium sosial mahasiswa dengan kebebasan untuk berkreativitas, mengembangkan cara berpikir kritis dan kemandirian sikap yang merupakan cerminan dari independensi atau ciri lembaga kemahasiswaan itu sendiri. Namun kita tidak boleh larut dari sebuah cita-cita sejarah yang begitu mulia dan justru tidak bisa berbuat apa-apa dalam kondisi saat ini karena seiring dengan perjalanan waktu, L.K di UNM hampir tidak memiliki posisi tawar terhadap birokrasi kampus dan mayoritas lembaga selalu di dorong untuk menjadi mitra kerja dari sebuah kegiatan seremonial dan ekslusif di kampus. Dengan kebijakan sistemik (aturan kemahasiswan: tentang batasan semester dan IPK dalam berlembaga serta dihapusnya pemberlakuan jam malam di kampus) yang dikeluarkan oleh birokrasi kampus membuat ruang berlembaga semakin terbatasi sehingga aktivitas-aktivititas kreatif lembaga dan minat mahasiswa berlembaga dari tahun ke tahun semakin menurun. Dan yang lebih mengkhawatirkan lagi, hari ini terdapat beberapa oknum mahasiswa sendiri yang dengan bangganya menjadikan lembaga kemahasiswaan sebagai subordinat dari birokratnya (dalam artian menjadi pengabdi setia yang siap sedia setiap saat kapan dan dimanapun diperintahkan mensukseskan apapun tanpa terkecuali dari program-program birokrat) sebagai suatu sikap bijak yang (mungkin) sadar akan kelemahan dirinya sendiri dalam hal independensi dan kemiskinan dalam hal kreasi.

“Boneka Tuan” sebagai sebuah krisis di L.K

Istilah boneka sempat menjadi pembahasan yang sangat menarik di media menjelang pemilu pemilihan presiden. Dimana aktornya Fadly Zon (Politisi Gerindra) membuat sebuah “sajak tentang boneka” yang merupakan strategi politik untuk menjatuhkan elektabilitas Jokowi (Salah satu calon presiden Indonesia). Terlepas dari kepentingan pemilu, ada kalimat menarik dari sajak tersebut yang saya kaitkan dengan kondisi kelembagaan di UNM hari ini, yang bunyi kalimat dari sajak tersebut “Boneka mengabdi pada sang tuan siang dan malam. Boneka bisa dipeluk mesra dan boneka bisa dibuang kapan saja”. Ini sebuah fakta yang tidak bisa kita hindari bahwa banyaknya oknum-oknum mahasiswa di UNM yang berlomba-lomba untuk menjadi “Boneka Tuan” dengan melibatkan diri disetiap pertarungan untuk menjadi pimpinan L.K baik itu skala jurusan sampai pada tataran universitas. Tetapi hal yang menarik pula adalah para boneka ini sangatlah pandai berkamuflase dengan seolah-olah bersikap layaknya peduli terhadap masa depan lembaga dan bisa saja kita tertipu dengan perkataan dan tindakannya jika kita tidak betul-betul menganalisa secara objektif dengan menarik garis pemisah dalam konteks perjuangan massa yang mana kawan dan lawan.

Boneka tuan ini bergerak sistematis dan terorganisir yang pada intinya bertujuan untuk mendominasi L.K dengan mengubah arah orientasi L.K untuk pasif terhadap realita penindasan di kampus dan masyarakat. Apakah boneka tuan ini bergerak dengan imbalan? Jawabannya iya, mereka dekat dengan penguasa dan diberikan jalan yang cerah bagi masa depannya kelak asalkan tetap tunduk dan patuh pada sang tuan dengan pola pikir yang pragmatis dan oportunis. Dengan fakta hari ini bahwa L.K di UNM telah mulai mengalami disorentasi perjuangan dan esensi L.K sebagai alat perjuangan mahasiswa di kampus dalam memperjuangkan haknya mulai terkikis dengan adanya oknum-oknum boneka tuan yang bertebaran di L.K. Kondisi tersebut menjadi sebuah refleksi buat kita bersama yang masih peduli terhadap masa depan L.K bahwa munculnya boneka-boneka tuan di kampus adalah salah satu bukti bermasalahnya sistem kaderisasi mahasiswa saat ini sehingga memberi ruang bagi boneka kampus untuk bergerak leluasa di L.K. Pemaknaan  kaderisasi sebagai sebuah proses kompleks dalam melahirkan generasi-generasi yang kritis sadar dengan keadaan dan mau berjuang untuk merubah keadaan haruslah dibuktikan dengan tindakan yang kongkret dengan kembali membangun basis kader di levelan jurusan ataupun fakultas agar generasi yang lahir dari sistem kaderisasi yang kongkret dan objektif dengan kondisi menjadi juru selamat bagi masa depan perjuangan mahasiswa di kampus. Save L.K UNM

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun