Filosofi berpaling
      Kata berpaling sering disejajarkan dengan kata "bertobat". Bertobat adalah berpaling kepada Allah dalam segala hal hidupnya, serta mengambil kewajiban untuk menggenapkan tujuan Allah bagi ciptaan-Nya (bnd. Kis. 20:20). Dalam dunia Perjanjian Baru (secara khusus Injil), seruan pertobatan menjadi tema utama atau pembukaan dalam pelayanan Yesus (Mat. 3:2; 4:17). Seruan supaya bertobat ini untuk menegaskan bahwa Kerajaan Allah atau pemerintahan Allah sudah datang. Seruan pertobatan ini tidak dimaksudkan supaya seseorang memperoleh keselamatan, melainkan mengacu kepada kekuasaan Allah, pemerintahan-pemerintahan Allah. Â
Selain itu, dalam suatu peristiwa keluarnya bangsa Israel dari Tanah Mesir, oleh karena kedegilan hati mereka Allah memerintahkan ular tedung untuk memagut tumit mereka (Bil. 21:6). Namun ketika mereka menyadari dosa mereka (bertobat) dan meminta Musa untuk berdoa kepada Allah, Allah memerintahkan Musa untuk membuat suatu ular tembaga sebagai solusinya, dengan syarat mereka yang dipagut ular dan memandang ular tembaga itu akan tetap hidup (ay. 7-9). Tanda ini kemudian menjadi rujukan para penulis Perjanjian Baru untuk menunjukkan tujuan Yesus dalam karya penebusan: Anak Manusia harus di tinggikan pada tiang dan tiang itu sebagai lambang salib (bnd. Yoh. 3:14; 1 Pet. 2:24). Â Anak Manusia yakni Yesus Kristus harus di gantung di atas tiang salib, supaya mereka yang melihat kepada Dia yang di gantung di tiang itu memperoleh hidup, sama seperti orang yang melihat ular temabaga tetap hidup (Yoh. 3:15).
Sang hidup
      Injil Yohanes dirancang untuk memberikan suatu kesaksian bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah. Supaya orang yang mempercayai-Nya memperoleh hidup kekal (Yoh. 20:30-31). Dalam kesaksiannya tentang pribadi Yesus, Injil keempat ini menuliskan klaim Yesus sendiri tentang diri-Nya. Paling tidak ada tiga klaimYesus, bahwa ia sanggup memberi hidup: Akulah roti hidup (6:35), Akulah kebangkitan dan hidup (11:25), Akulah jalan, kebenaran dan hidup (14:6). Salah satu keunikan dari Injil keempat ini adalah menjelaskan siapa Yesus dan memberikan bukti pekerjaan-Nya. Sebagai saksi nyata dalam klaim pribadi Yesus tentang diri-Nya ialah bahwa Ia membangkitkan Lazarus dari kematian (11:43-44). Sementara itu, penulis Injil Matius mencatat bahwa Petrus dalam suatu pertanyaan Yesus mengakui bahwa "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat. 16:16, bnd. Yoh. 6:68-69). Kesaksian-kesaksian ini cukup eksplisit memberikan penjelasan kepada para pembaca, bahwa Yesus sanggup memberikan hidup bagi orang yang percaya kepada-Nya.
Analisis konteks
     Keadaan yang sedang terjadi dalam pasal ini ialah bahwa kuburan Yesus ditemukan kosong (Mat. 28:6; Mrk. 16:6; Luk. 24:6; Yoh. 20: 2, 7-8). Ayat 14-16 merupakan suatu respon Maria Magdalena terhadap kuburan yang kosong itu. Dalam ayat ini, Maria Magdalena sedang kebingungan sambil menangis mencari di mana mayat Yesus berada. Ditengah kebingungannya itu, Maria berjumpa dengan malaikat-malaikat serta menanyakan kepada mereka di mana mayat Yesus. Herman N. Raidderbos menafsirkan bahwa Maria ditengah kesedihannya tidak dapat menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya, sekalipun berdiri dua malaikat di sampingnya. Bahkan ketika Yesus sendiri mengambil alih pembicaraan Maria dengan para malaikat itu, ia juga tidak dapat mengenali-Nya. Kegagalannya untuk mengenali Yesus yang sedang berbicara dengannya diakibatkan oleh suatu penjelasan "hari itu agak gelap", kemudian oleh sebab pikiran yang sedang bingung, bahkan ia menganggap bahwa orang yang sedang berada di dekatnya adalah orang yang menjaga makam itu (ay. 15).  Lebih dari itu, Maria menyangka bahwa kuburan yang kosong itu disebabkan oleh suatu kasus pencurian, hal ini nampak dalam percakapannya dengan Yesus. Maria menyangka bahwa Yesus adalah seorang yang menjaga Taman dan menuduhkan bahwa ia telah mencuri mayat Yesus.  Sampai tahap ini, iman Maria belum kelihatan seperti murid-murid yang lain, ia masih berdiri di kubur itu dan menangis sambil beranggapan bahwa mayat Yesus telah dicuri. Para malaikat menantang Maria mengenai hal ikhwal ia menangis dengan pertanyaan, tetapi Maria masih belum mengerti. Sementara itu, ketika melihat seorang yang lain di dekat kubur itu, Maria menyangka bahwa ia adalah satu-satunya orang yang tahu di mana mayat itu atau ia yang mencuri mayat itu.
Eksposisi Yohanes 20:14-16
     Teks ini berbicara tentang kepedihan hati seorang perempuan yang berusaha mencari sendiri sebab dari kosongnya kubur Yesus. Dalam kesedihan hatinya, ia berusaha menemukan dimana mayat Yesus berada. Suatu hal yang menarik dari teks ini, bahwa Maria terus menerus mencari dimana keberaaan mayat Yesus dengan tetap bertahan di dekat kubur sekalipun orang-orang telah kembali (Yoh. 20:11). Ia terus mencari sambil menagis, bahkan sekalipun malaikat menampakkan diri di depannya, ia tetap fokus pada tujuan semulanya mencari mayat Yesus. Mathew Henry menyebutkan bahwa didalam pencarian ini, Maria masih belum mengerti dengan benar tujuan dari kematian Yesus. Hal ini dibuktikan melalui penampakkan diri Yesus yang ia kira sebagai penunggu Taman. Bahkan lebih daripada itu, ia menuduh tanpa alasan bahwa penunggu Taman itu sebagai pencuri (bnd. Ay. 15).  Tetapi apapun itu, usaha Maria untuk mencari mayat Yesus mendapatkan jawaban melalui penampakkan Yesus, sekalipun tidak ia sadari.
Kesedihan yang dialami Maria telah membuatnya tidak mampu mengenal suara bahkan rupa dari Yesus (ay. 15). Segera sesudah Yesus memanggil namanya, barulah mata rohani Maria terbuka dan mengenal siapa orang yang sedang berdiri dan berbicara dengannya (ay. 16). Menurut Choan Seng Song, Maria baru mendapatkan pencerahan dari keprihatianannya terhadap penderitaan Yesus ketika Yesus menyebut namanya. Melalui panggilan itu, Maria telah ditranspormasikan ke kehadiran Tuhan yang bangkit. Â Mathew Henry menafsirkan bahwa ucapan "Maria" oleh Yesus memiliki makna yang sangat dekat dan akrab, dimana ucapan itu sering didengarnya dari Yesus sendiri (semasa hidup), bukan seperti seorang asing atau tukang Taman. Bentuk kesadarannya itu, Maria langsung mengucapkan kalimat yang singkat namun bermakna, yakni: Rabuni "Guruku". Â Song memberikan penjelasan bahwa Maria mendengar sapaan Yesus, lansung menyadari siapa yang saat itu sedang berbicara kepadanya. Ia secara sadar mengucapakan suatu kalimat yang singkat namun kuat, yaitu "Rabuni: Guruku dan Tuhanku". Â Jelas bahwa pengakuan itu secara sadar diucapkan, serta merupakan pengakuan iman personal dari Maria. Bahwa ketika ia mencari, ia menemukan dan berjumpa dengan Yesus yang telah bangkit. Kesedihan yang dialaminya, diganti dengan sukacita dalam perjumpaan dengan Yesus, dengan mengakui bahwa yang berdiri itu adalah gurunya dan Tuhannya.
Aplikasi
      Perayaan Paskah memang sudah menjadi serimonial yang lazim dalam iman Kristen. Namun berbeda dengan perayaan paskah sebelumnya, Paskah tahun ini diselimuti dengan ketakutan. Munculnya wabah Corona, membuat semua orang harus mengalami ketakutan dan penderitaan baik secara jasmani maupun rohani. Corona telah membawa dampak yang meluas ke segala bidang kehidupan, sehingga sulit sekali untuk melihat secara mata iman. Hal ini tidak jauh berbeda dengan yang Maria Magdalena alami, dimana ditengah ketidaktahuannya akan alasan penghukuman Yesus, selanjutnya mayat Yesus yang tidak ditemukan di dalam kubur, ia terus-menerus menangis mencari keberadaan mayat Yesus. Seperti inilah kehidupan kita saat Corona mewabah, kita yang tadinya percaya dan mengalami kasih Yesus, seolah-olah kehilangan harapan. Didalam ketakutan kita akan wabah Corona membuat kita mempertanyakan dimana kehadiran Allah. Apakah Allah sudah hilang dari hidup kita? Apakah sumber pengharapan kita itu sudah mati dan tidak berdaya? Inilah juga yang dialami oleh Maria Magdalena. Namun yang menarik, Yesus yang bangkit kemudian menunjukkan diri-Nya dan menyapa secara pribadi perempuan itu serta mengundangnya untuk berpaling dan menyadari siapa orang yang sedang berbicara kepadanya. Demikian juga kepada kita yang putus asa dan kehilangan harapan didalam Tuhan. Dalam kebangkitan-Nya, Yesus juga mau menyapa kita secara pribadi dan mengundang kita untuk kembali mengenal-Nya. Mengenal siapa diri-Nya dan mengenal siapa Dia sesungguhnya, yakni Dia Tuhan yang bangkit. Ia merindukan pengakuan singkat kita ditengah bencana yang mewabah, untuk mengakui bahwa Dia adalah guru dan Tuhan kita. Dia yang tidak meninggalkan kita, bahkan Dia yang akan memberikan solusi serta jawaban bagi kita yang selalu mencari dengan sungguh-sungguh keberadaan-Nya, sekalipun di tengah-tengah kebingungan kita menghadapi wabah Corona. Ia akan menunjukkan diri-Nya kepada kita dalam kebangkitan-Nya, ketika kita mencari dan berpaling kepada Dia dengan sungguh-sungguh. Dia yang sudah menderita, mati dan bangkit  untuk kita, Dialah sumber hidup kita. Sebab Dia yang dalam kekekalan telah hidup, telah memberikan nyawa-Nya untuk kita, supaya kita hidup. Bukan seolah-olah Dia sendiri kehilangan hidup-Nya, namun Ia tetap memperoleh hidup-Nya melalui kuasa kebangkitan-Nya. Itulah sebabnya Dia sangggup memberikan kehidupan bagi kita. Dialah sang hidup yang menghidupkan kita melalui kebangkitan-Nya. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H