Mohon tunggu...
Verazhia Eka Irianti
Verazhia Eka Irianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Institut Seni Indonesia Surakarta

Saya hanya mahasiswa Institut Seni Indonesia Surakarta prodi Seni Tari

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Festival Budaya Larap Slambu Gunung Kemukus di Kabupaten Sragen Tahun 2024 Sukses Digelar!!

19 Oktober 2024   21:31 Diperbarui: 19 Oktober 2024   21:33 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Festival budaya yang di gelar di Gunung Kemukus Kabupaten Sragen merupakan Festival Budaya Larap Slambu yang diadakan oleh Dispora Sragen. Larap Slambu sendiri merupakan tradisi pencucian kelambu di makam Pangeran Samudro yang dilaksanakan di Gunung Kemukus setiap tanggal 1 Suro dalam kalender Jawa. Festival budaya ini dilaksanakan selama dua hari berturut turut yakni pada tanggal 6-7 Juli 2024. Festival budaya ini dilaksanakan setiap satu tahun sekali, tepatnya pada tanggal 1 Suro kalender Jawa. Festival Budaya Larap Slambu tersebut menampilkan beberapa bentuk kesenian salah satunya adalah seni tari. Tarian yang di sajikan pada Festival Budaya Larap Slambu sangat beragam salah satunya adalah tari Batik Parang Sukowati yang dibawakan oleh lima siswi SMA Negeri 1 Sumberlawang yakni: Anissa, Widya, Verazhia, Margaretha, dan Novika.  

Tari Batik Parang Sukowati diciptakan oleh Bapak Hariyadi yang merupakan lulusan D-3 STSI (ISI) Surakarta pada tahun 1994. Tari ini menceritakan tentang lima gadis belia yang sedang membatik. Pada saat matahari memancarkan sinarnya, saat itu pula gadis-gadis itu pulang dari sekolah. Dengan riangnya, gadis-gadis itu menuju rumah dan seperti biasa gadis-gadis itu segera bertemu disuatu tempat yang biasanya mereka gunakan untuk yaitu membatik. Mereka adalah gadis yang rajin beribadah, sebelum mengerjakan pekerjaannya, mereka selalu berdoa agar dalam mengerjakan membatik tak ada kendala, sehingga dapat menghasilkan karya batik yang dapat diminati masyarakat. 

Dengan bermodalkan selembar kain yang direntangkan dan sebuah canthing di tangannya, mereka sangat pandai menggambar pola dan motif batik yang dikuasainya. Pada saat mereka lelah, mereka selalu membuang rasa lelah itu dengan menggerakkan tangan dan tubuhnya dengan menari. Namun walau begitu, dia tak kan lupa bahwa dia sedang melakukan pekerjaan yang mulia. Setelah rasa lelah mereka hilang, mereka kembali beraktifitas lagi. Tak terasa hari telah beranjak senja, gadis-gadis itu segera menyelesaikan pekerjaannya. Setelah selesai, tak lupa selalu bersyukur kepada Tuhan, bila pekerjaanya telah selesai, dan dengan hasil yang memuaskan.

Selain disajikan berbagai kesenian tradisional pada festival tersebut juga diadakan bazar UMKM lokal yang bertujuan untuk mengenalkan produk-produk lokal kepada masyarakat luas. 

Oleh: Verazhia Eka Irianti dan Sriyadi

(Jurusan Tari, ISI Surakarta)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun