Mohon tunggu...
Vera Verawati
Vera Verawati Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary woman

Kopi dan buku, serta menulis apa pun yang tergerak hati.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Aksara Tanpa Warna

29 April 2024   16:10 Diperbarui: 29 April 2024   16:17 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halaman Mesjid Agung Banten. (Dokumentasi Penulis)


Vera Verawati

Lagu-lagu terdengar mengambang, nadanya sumbang ditiupkan keresahan suara-suara kecil, namun memekakkan pendengaran.

Ada isak tertahan yang membuat dadanya menggelembung limbung. Remahan asa kembali dipunguti demi hati yang coba dikuatkan.

Genggam saja, harap yang mengerat dalam kepalan. Jangan lepaskan karena hanya itu satu-satunya alasan untuk terus melanjutkan.

Ke mana pergi mimpi merah muda, yang sempat meraja makna. Tidaklah luka sudah mulai tertata. Cobalah untuk sekali saja percaya, bahwa cinta dan setia itu nyata.

Lagu itu terhenti, pada notasi akhir yang ditutup setetes air mata. Tidak lagi berisi keluh kesah. Karena senyum menyiratkan bahagia yang bukan fatamorgana.

Warna bukan lagi simbol aksara- aksara duka. Biar tercecer tak lagi akan disesali. Hati telah genapkan keyakinan. Bertaut tak terpisahkan.

Sawah Lope, 27 April 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun