Mohon tunggu...
Vera Verawati
Vera Verawati Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary woman

Kopi dan buku, serta menulis apa pun yang tergerak hati.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tentang Sebuah Keputusan

1 Desember 2023   15:07 Diperbarui: 1 Desember 2023   15:11 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pergi bukan karena benci, karena diam batas ketidaksanggupan


Kesakitan itu bukan tentang perpisahan, tapi sebuah pertemuan yang tak bisa diakhiri. Jika bisa menghapus lembar takdir, di bagian dimana aku dan dirimu dipertemukan. Telinga dan hati ini masih dengan jelas merekam jejak.


Tentang bayi mungil dengan senyum dan pipi semerah pipiku, katamu. Dan matanya sejenaka kerlingku. Lalu tawa dan tingkahnya sekonyol tingkahku, tapi cantiknya pasti lebih dariku. Ah, dialog itu begitu manis tersimpan.


Jangan dibilang, selalu itu juga katamu. Karena rindu itu akan makin biru, tapi nyatanya makin membelenggu hingga meremat hati membeku. Berapa lama, waktu yang diminta untuk sebuah ketidakpastian.


Sedang dilayarmu, deret ambisi berbungkus tulisan Arabic. Jika kejujuran adalah boomerang untuk sebuah ketegasan. Tanpa keinginan memamerkan getasnya luka. Maka diam ini adalah batas ketidaksanggupan.


Bukan pergi karena benci, atau pamit karena hati telah ada yang lain menempati. Tapi sejujurnya, tak ingin terus menjadi gulma dalam darah antara dua nama. Untuk terakhir kalinya, ijinkan luka ini cukup aku yang rasakan.


Teruslah terbang, setinggi phoenix dan namamu terus melangit. Lalu akan hadir wajah-wajah baru yang juga akan kau tempatkan kembali di antara dua nama. Sedang di tepian sana, doaku tak pernah berhenti terucap. Semoga di gerbang baitullah, taubat itu kentara diterima.

"Sesungguhnya jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan mengganti padamu dengan yang lebih baik." (HR. ahmad )

Kuningan, 1 Desember 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun