Kepada Yang Tercinta Ibu Pertiwi.
Ibu, apa kabarmu ? Semoga sudah lebih baik dari beberapa tahun lalu saat ibu dilanda badai virus C-19. Apa ibu sudah benar-benar bisa bangkit dan kembali berlari mengejar ketertinggalan, Bu. Â Kembali tertatih dengan kondisi yang belum pulih benar dari sepersekian wargamu yang terkikis pandemi.
Ibu, apa kabarmu ? Sudah redakah amarahmu, melihat sebagian anakmu masih sibuk dengan pesta pora oleh harta dunia yang ditumpuk dari mendusta, disaat sebagian keluarga nyaris merangkak demi mencari setitik kasih yang dilanda kegersangan dan sesuap kehidupan di antara lirih kelaparan.
Ibu, apa kabarmu ? Usiamu kian menua, rambut putihmu tak terbilang, keriputmu kian kentara oleh kecewa yang tersimpan atas berbagai ketimpangan yang nyata di hadapan. Sedang kau telah menyerahkan setiap warisan yang seharusnya mampu mensejahterakan semua anak-anak negerimu.
Ibu, apa kabarmu ? Masihkah diam-diam kau menangis. Melihat bayi-bayimu bergelimpangan di trotoar, terbaring beralaskan koran lusuh. Tubuhnya kurus dengan perut buncit berisi nasi sisa kemarin yang ditemukan di tong sampah. Tidakkah kian mengabur pandanganmu, Bu?
Ibu, apa kabarmu ? Jika dikala malam kian larut. Hatimu hanyut dihela nafas lelahmu. Tubuh rentamu berontak berasa ingin mengepak seluruh sendi dan menyulapnya menjadi selimut berbulu angsa, memberikan kehangatan pada anak-anak yatim yang terlempar dunia hitam.
 Tapi, Bu. suara bisikmu menyentuh lembut sepasang sayap malaikat.
"Nak, aku titipkan negeri ini bukan untuk baku hantam antar sodara, melainkan saling mengasihi dan memberi."
"Bukankah darah yang mengalir di tubuh kalian sama, merah atas nama ibu pertiwi dan kemerdekaan yang diperjuangkan, dan putih tulang untuk keberagaman yang saling bahu membahu dalam gotong royong kesetaraan."
Kuningan, 5 Agustus 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H