Mohon tunggu...
Vera Verawati
Vera Verawati Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary woman

Kopi dan buku, serta menulis apa pun yang tergerak hati.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Takdir

29 Juli 2023   20:10 Diperbarui: 29 Juli 2023   20:12 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Sedari ruh ditiupkan, segumpal darah diberi rupa dan nama pun juga dituliskan takdirnya. Hitam dan putihnya begitu juga abu-abu adalah pilihan yang ditawarkan sebelum terlahir. Sedih dan bahagianya, kuat dan lemahnya, bangga dan kecewanya pun disertakan dalam catatan bernama takdir.


Seperti hujan dan kemarau yang basah dan gersangnya adalah dua lembar yang masing-masing terisi oleh cerita berbeda. ada yang memuja hujan yang disuguhkan dalam secangkir kopi dan puisi, ada pula yang merajuk marah saat warna merah dan asap hitam menghiasi cakrawala kemarau panjang.


Lengkap atau kurang, manis dan pahit, soal rasa pun beraneka. Meniti tangga kadang terpeleset jatuh menyisakan bekas luka, mengajarkan kaki dan hati untuk sehaluan. Pijakan seringkali tak terprediksi. Lurus mulus atau berkelok dan terjal.


Tapi kebaikan Tuhan tak diragukan, karena selepas pendakian selalu ada keindahan bagi orang-orang yang menyikapi kehidupan dengan keikhlasan. Sebagian lagi gagal menyelaraskan hati dan laku hingga terkurung di dunia yang dicipta sendiri, abu-abu.


Menemukan cinta dalam bingkai kesejatian dan hakikat bukan mengatasnamakan makrifat untuk membungkus kemunafikan sebagai pribadi. Karena kesungguhan taat bukan tergambar dari kata tapi dari prilaku nyata.


Kertas itu putih sedari awal, tinta itu tertulis kisah indah atau meninggalkan bercak noda berserak tak terbaca. Hingga tertera luka pada jiwa-jiwa bergelut trauma. Yang merajam dendam, yang membara amarah, yang sejuk syukur, yang tabah ikhlas.


Tak ada yang rancu untuk setiap yang terjadi, karena lakon memang sudah semestinya diperankan. Sungguh tiada kemulian yang lebih mulia yang diberikan pada manusia dibanding ciptaan lainnya. Yang membuatnya kehilangan nilai adalah pilihannya setelah itu.


"Dan sesungguhnya telah kami ciptakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan lautan, kami beri mereka rejeki yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan. (Al-Isra : 70)

Kuningan, 29 Juli 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun