Mohon tunggu...
Vera Shinta
Vera Shinta Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community' (KBC)

Menulis adalah pelarian emosi paling sexy

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mas Rizal Sehari Menjual 900 Pisang Cokelat

19 Oktober 2020   12:13 Diperbarui: 19 Oktober 2020   12:16 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pisang coklat bukan lagi makanan asing di telinga kita, bahkan kadang kita bikin sendiri untuk camilan anak-anak. Kalau malas membuat mendingan beli saja, walau belum banyak yang jualan tapi ada juga yang mangkal di pinggir jalan. Salah satunya gerobak pisang coklat mas Rizal.

Mas Rizal, begitu nama penjual pisang cokelat ini punya gerobak yang mangkal di pinggir JL. Pangeran Diponegoro Bumiayu, depan Bumiayu Cell. Sejak jam 6 pagi sudah siap dengan setumpuk dagangannya, sehingga bagi pegawai bisa beli sekalian berangkat kerja.

Harga perbijinya seribu rupiah, sebenarnya tidak hanya berisi pisang tapi juga ada yang nanas, ketan hitam dan kacang hijau. Dulu yang jualan kedua orangtuanya yang asli Margasari Kabupaten Tegal, karena sudah capek jadi gantian orangtua jualan di Margasari dan mas Rozal yang di Bumiayu.

Isian kacang hijau dan ketan hitam (dok.vera shinta)
Isian kacang hijau dan ketan hitam (dok.vera shinta)

Setiap hari khusus untuk pisang bisa habis 150 biji dari pisang raja dan akan jadi 900an pisang cokelat. Terbayang dong berapa omset harian penjual pisang coklat ini, bisa ngalahin ironman aja berubahnya.

Pisang cokelat mas Rizal memang satu-satunya penjual yang mangkal, kebanyakan ada di toko dan penjual keliling jadi jumlahnya terbatas. Kalau di sini kita bisa beli dalam jumlah banyak dan bernbaai varian isian.

Jadi pada masa pandemi ini yuk pada kreatif berdagang, karena untuk pedagang pinggiran jalan justru tetap melejit tidak memgenal sepi jualan, beda dengan pengusaha besar. Kalau bisa usaha sendiri, mengapa harus jadi karyawan?

Vera shinta KBC-26

KomBes Brebes Jateng

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun