"Iya nih aku lagi ada urusan keluar jadi bisa telepon kamu, jangan sedih gitu dong kan aku cuma satu minggu di rumah selebihnya buat kamu," rayu Bram dengan nada hangat.
Ratih masih enggan bersuara, "iya gapapa toh memang mereka lebih berhak mendapat kebahagiaan denganmu".
"Kamu juga berhak bahagia denganku moms, kali ini sebentar saja kamu sendiri dulu ya... Kan aku pulang juga gak setiap bulan," lanjut Bram.
Ratih hanya diam melihat bulan yang sendiri kesepian seperti dirinya.
"Ya udah aku tutup dulu ya, dua hari lagi juga aku balik," ucap Bram sambil menutup obrolan tanpa menunggu jawaban Ratih.
Bram termangu di sebuah sudut rumah makan, di kejauhan istri dan dua anaknya tengah bercengkerama sambil menanti hidangan yang dipesannya datang. Dia tak bisa menolak perasaannya pada Ratih namun juga tak ingin menyakiti Hani, istrinya.
Bram hanya bisa mengharap yang terbaik untuk dirinya dan semua orang yang dicintainya tanpa saling menyakiti, walau itu tak mungkin bisa sesuai harapan. Bagaimanapun pasti ada hati yang tersakiti dari kedua perempuannya itu.
Ratih sudah agak lega mendengar suara Bram, dia sadar kebahagiaan itu memang milik mereka, istri dan anak-anak Bram. Apakah mungkin dia harus bisa menguatkan hatinya untuk berpisah dengan Bram, resign dari kantornya dan pulang ke kampung halaman.
Sepertinya bintang-bintang telah membantu menyinari hati Ratih, walau teramat sakit namun sekarang saatnya dia berhijrah menjadi lebih baik lagi. Tak apa sekali ini merasakan sakit yang teramat dalam namun tidak lagi menyakiti mereka yang ada di sisi Bram.
Vera Shinta KBC-26
Kombes Brebes Jateng