Masa pandemi harga bahan kebutuhan di pasar tidak merata, ada yang tinggi mencekik, ada pula yang sangat murah memprihatinkan. Terutama bagi para petani seolah dipermainkan oleh keadaan, harga pupuk sangat tinggi namun hasil panen tak berharga.
Salah satunya adalah tanaman cabe, sudah dirawat dengan penyiraman dan pemupukan. Tentu saja membutuhkan waktu dan modal tidak sedikit, namun ternyata harga cabe sangat tidak manusiawi seharga enam ribu perkilo ambil langsung dari petani.
Padahal petani itu menanam dan panen kadang harus membayar buruh tani, mereka yang tak punya lahan namun ingin bercocok tanam. Salah satunya para petani di Desa Cilibur Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes.
Mereka sangat sedih melihat hasil panen hanya dihargai murah, bahkan para juragan yang biasa membeli banyak juga tidak datang ambil barang sehingga hasil panen menumpuk. Untuk menghadapi hal ini akhirnya para petani banyak yang menjemur cabai-cabai itu.
Waktu menjemur hingga kering tergantung cuaca, bila panas terik maka dalam waktu dua minggu bisa menghasilkan cabai yang benar-benar kering. Cabai kering itu akan disimpan dan dimanfaatkan untuk memasak atau menbuat sambal, rasanya lebih pedas daripada cabai segar.
Cabai kering ini juga bisa dijual pada warung-warung makan, warung bakso dan lainnya sebagai pengganti cabai segar. Yang mereka jemur bukan cabai busuk tapi cabai segar yang memang sengaja dikeringkan, jadi masih aman untuk dikonsumsi.
Vera shinta KBC-26
KomBes Brebes Jatemg
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI