Tahun ajaran baru 2020/2021 sudah memasuki minggu kedua, namun masih banyak sekolah yang bingung mau menerapkan model pembelajaran seperti apa pada siswanya. Bagi sekolah di kota dengan tingkat ekonomi wali murid yang menengah keatas pasti tidak kesulitan menerapkan pembelajaran daring.
Bagi sekolah pedalaman yang jauh dari akses perkotaan mungkin justru lebih merasa nyaman dan aman dengan tetap menjalankan pembelajaran secara tatap muka. Karena warganya tidak ada yang keluar masuk ke daerah lain dan jauh dari virus corona.
Sedangkan untuk sekolah pinggiran yang penduduknya lebih universal tentunya makin susah menerapkan pembelajaran daring. Akhirnya diambil keputusan menggunakan Pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (PPJJ) yang dikombinasi dengan tatap muka tidak setiap hari.
PPJJ kombinasi ini dengan melihat beberapa alasan, diantaranya adalah:
- tidak semua siswan memiliki handphone android
- orang tua siswa tidak sanggup memgadakan pembelian kuota setiap hari karena ekonomi
- kalaupun ada android dan kuota namun daerahnya susah sinyal
Dengan berbagai pertimbangan lain maka guru harus bisa mensiasati bagaimana agar pembelajaran tetap berjalan dengan cara yang efektif. Kalau mengadakan full daring tidaklah mungkin, tatap muka setiap hari juga tidak diperbolehkan.
PPJJ masih berjalan tertatih-tatih, guru berusaha memberi kemudahan namun kadang siswa terap terkendala kuota. Orang tua protes merasa terbebani dan keberatan.
Diajak tatap muka pada susah suruh jaga protokol kesehatan, pasti siswa tetap bergerombol dan berangkat serta pulang sekolah masih pakai kendaraan umum. Orang tua masih banyak pula yang khawatir anak-anaknya terkena virus corona.