Drama korea makin gencar di tonton masyarakat Indonesia dua tahun ini, sebelumnya tidak seheboh sekarang. Penggemarnya tidak hanya kaum remaja tapi juga ibu-ibu dan kaum lelaki juga.
Membaca artikel nak Abdul (Musfiq Fadhil) seorang pemuda berpotensi karena tulisannya sering menjadi Artikel Utama dan terkenal dikalangan kompasianer Brebes yang berjudul "5 Kendala Yang Bikin Saya Gagal Menikmati Drama Korea", saya rasa sah saja karena tiap orang mempunyai selera berbeda dalam segala hal. Menarik juga apa yang Abdul sampaikan memang banyak juga dialami oleh orang lain, tidak hanya kaum adam tapi juga kaum hawa.
Beberapa teman perempuan seumuran saya (dilarang sebut angka) juga banyak yang kurang bisa menikmati drakor, alasannya bikin ngantuk, tidak telaten dan tidak ada waktu. Kita juga tidak bisa memaksakan orang lain untuk suka atau tidak suka dengan apa yang kita lakukan.
Saya sendiri baru tahun 2019 menyukai drakor, awalnya memang tidak tertarik tapi setelah diberi salah satu judul akhirnya keterusan hingga sekarang. Walau kalau untuk yang acara kejar tayang saya kurang suka karena tidak sabar menunggu tiap minggunya seperti layaknya nonton sinetron.
Inilah 5 alasan saya menyukai drakor :
1. Mengisi kejenuhan
Sebagai seorang ibu dengan anak-anak yang sudah beranjak dewasa dan tinggal terpisah dikost masing-masing rasanya makin sepi karena jauh juga dari suami, jadi untuk mengisi kejenuhan menonton drakor menjadi hal positif yang bisa dilakukan daripada saya harus menonton film dibioskop dan harus pergi meninggalkan rumah hanya untuk mencari hiburan.
2. Cerita drakor sangat variatif
Saya tidak akan membandingkan drakor dengan sinetron ataupun drama dari lain negara, khusus untuk drakor memang saya rasakan ceritanya itu asyik untuk diikuti dengan berbagai tema berbeda dan tidak membosankan walau episodenya sampai puluhan. Banyak filosofi hidup yang bisa diambil dari kisah-kisahnya, bahkan drama terbaru yang tentang pelakorpun memuat banyak makna yang bagus didalamnya.
3. Waktu menonton fleksibel
