Setiap tanggal 22 April seluruh dunia merayakan hari bumi, sebagai bentuk pengingat manusia yang suka seenaknya sendiri bertingkah tanpa memperhatikan keadaan bumi. Manusia terbiasa menikmati hidup yang makin hati makin bergelimang kemajuan tehnoligi.
Banyak tingkah laku manusia yang sebenarnya merusak bumi namun tidak mau menyadarinya. Membuang sampah sembarangan baik di sungai atau di jalanan, tentu saja mengakibatkan air meluap mengakibatkan banjir. Begitu juga dengan sampah plastik yang tidak bisa terurai oleh tanah, itu mengakibatkan pencemaran dan merusak bumi.
Penebangan hutan secara terus menerus tanpa sistem tebang pilih mengakibatkan hutan gundul dan jadi longsor serta banjir. Penambangan tanpa memikirkan lingkungan yang terus terkikis dan membuat pergeseran tanah makanya sekarang sering terjadi gempa dan bencana alam lainnya.Â
Selain itu polusi udara juga mengakibatkan menipisnya lapisan ozon, kesehatan paru-paru juga terancam. Kendaraan makin banyak, jalanan makin macet, tanpa manusia mau sadari hal ini mengakibatkan kerusakan juga pada bumi.
Bumi semakin tua, kerusakan di mana-mana namun manusia menganggap remeh dan tak peduli. Kini saat ada pandemi, bumi seakan bernafas lega terhenti dari aktivitas manusia yang melelahkan bumi. Manusia tengah terkurung oleh kewas-wasan adanya vorona virus, tidak bisa bertingkah seperti biasa.
Kendaraan darat, laut, udara tidak beroperasi penuh seperti biasa dan polusi berkurang menyegarkan udara. Penambangan, penebangan hutan, pabrik-pabrik juga terhenti hingga limbah serta polusi udara berkurang. Pencemaran lingkungan terbatas, walau produk dan sampah plastik masih terus menumpuk.Â
Bumi merana
Kirimkan corona
Menjadi pengingat manusia
Bumi menuntut haknya