Mohon tunggu...
Vera Shinta
Vera Shinta Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community' (KBC)

Menulis adalah pelarian emosi paling sexy

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Tempat Sampah" yang Tak Bisa Buang "Sampah" (1)

12 April 2020   18:40 Diperbarui: 12 April 2020   18:38 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi by halodoc.com

Menjadi "tempat sampah" itu sudah biasa saya alami, istilah yang saya sebut karena banyak teman yang suka mencurahkan hatinya (curhat) sama saya. Harus siap menjadi tempat sampah dari semua uneg-uneg banyak orang tidaklah mudah, nanti ada tips menjadi orang yang sering dicurhati seperti di bawah ini.

Pertama harus selalu siap telinga, karena mereka yang curhat lebih banyak hanya membutuhkan pendengar. Dengan ngomongin semua keluh kesahnya dan ada yang mau mendengarkan, itu lebih dari cukup bagi mereka. Kita tak selalu harus memberi solusi karena itu tidak diperlukan juga walau sesekali kalau di minta pendapat berusaha (sok) bijak.

Kedua harus siap hati yang lapang, karena tukang curhat kadang gak kenal waktu ngajak ngobrolnya. Bisa tengah malam atau bahkan baru bangun, buka hape udah panjang banget curhatannya. Selain itu curhatan juga kadang diulang-ulang, semua hal yang kelihatannya sepele dan tidak penting semua disampaikan. Ada yang suka curhat lewat tulisan, ada juga yang harus ngoceh di telepon. Kalau belakang ini saya gak bisa setiap waktu bisa karena punya kegiatan juga yang gak bisa sambil dengerin curhatan.

Ketiga harus bisa jaga rahasia, ini yang susah dan sangat berat. Kita harus bisa mengunci rapat mulut agar tidak keceplosan menceritakan curhatan teman, apalagi kalau teman ini satu gank sama kita. Otomatis terkadang kaean yang lain ngrumpiin di, nah tugas kita harus bisa menutup mulut jangan dan pura-pura tidak tahu. Kalau gak bisa nahan diri lebih baik jangan mau jadi tempat sampah karena itulah modal kepercayaan yang kita miliki.

Keempat, gak usah kasih banyak masukan atau solusi kalau yang curhat gak minta tolong. Cukup dengarkan saja, kadang masukan yang kita anggap baik justru akan membuat dia emosi karena dianggap tidak ikut merasakan penderitaannya. Jelas sekali orang curhat pasti karena suatu masalah dan saat susah, kala senang sih melupakan kita (itu sudah biasa).

Itulah tips menjadi tempat sampah yang saya alami dari pengalaman sendiri. Banyak manfaatnya kalau kita jadi tempat curhat teman, salah satunya kita jadi makin bisa banyak bersyukur karena mengetahui ternyata masih banyak orang yang punya masalah lebih berat dari kita. Selain itu kita juga makin bisa lebih dewasa dengan modal (sok) bijak, karena manusiawi kadang juga masih emosi kalau menghadapi masalah sendiri. 

Sering teman-teman bilang agar saya membuka biro konsultasi saja sekalian, tapi itu cuma candaan karena saya tidak punya ilmu kejiwaan. Menjadi tempat sampah ini hanya kepercayaan teman-teman saja yang merasa nyaman kalau curhat sama saya, karena mau mendengarkan jadi ya tugas ringan walau berat juga sih.

Tulisan ini belum selesai ya, nanti bersambung ke episode selanjutnya. Ini baru tulisan tentang saya sebagai tempat sampah, belum yang sampah saya yang tak terbuang haha. Tunggu lanjutannya ya.

KBC-26 Brebes Jateng

Dok.KomBes
Dok.KomBes

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun