Saat ruh terlepas dari raga, tak ada yang menyangka. Bukan kau dan juga dia. Saat kepergian entah dengan jalan apa, tak ada yang mampu menawarnya. Semua itu kuasaNya.
Matiku, matimu tak ada yang tahu. Kepergian karena corona, tak ada yang mau. Tapi apalah daya untuk menepis semua kehendak pemilik lautan biru.
Andai perginya karena corona, apakah itu aib? Bukankah lebih memalukan aids? Mengapa kalian tak memikirkan semua nyawa akhirnya akan raib? Entah dengan cara mana yang Dia kehendaki.
Mengapa kalian menolak pemakaman itu, tidakkah kau pikirkan hati keluarganya? Tidakkah kalian punya mata dan telinga untuk, melihat dan membaca, juga mendengar semua wacana tentang corona.
Dia telah tiada dan bukan zombie yang akan bangun menulari kalian. Dia bukan wabah yang akan merangkak dari makam mencari rumah kalian. Dia hanya jasad yang telah ditinggalkan ruhnya. Dia telah bersih dari segala rasa di dunia, dia tidak akan membuat kalian tercekik menjadi gila.
Kemana hati kalian? Dimana otak kalian? Untuk apa kau melihat berita, untuk apa kau punya kau punya media kalau otak dan hatimu tak di pakai!
Virus ini tidak lebih bahaya dari kotornya jati kalian. Kalian telah dibutakan kepanikan, ditulikan kebodohan, dibisukan keegoisan. Kalian sangat menyedihkan, pada sesosok jasad yang tak berdaya.
Vera shinta
KBC-26 | Brebes Jateng