Pandemi COVID-19 membawa dampak perubahan pola hidup yang luar biasa, terutama pada dunia pendidikan. Sejak pertengahan Maret dunia pendidikan dibuat kalang kabut karena kebijakan social distancing.Â
Kebijakan ini otomatis membuat pelaku pendidikan harus banting setir membuat strategi belajar agar terus berjalan tapi tidak perlu melakukan pertemuan langsung. Berbagai model di coba sesuai kebijakan masing-masing level pendidikan.
Contohnya dari tingkat PAUD dan TK akan mendapat tugas membuat rekaman video menyanyikan lagu anak-anak, menggambar barang yang berhubungan dengan api atau melakukan kegiatan sehari-hari untuk di poto dan di video. Kemudian di setorkan ke bunda pengajar melalui whatsapp (wa).
Begitu juga untuk anak SD di beri tugas yang sekiranya tidak memberatkan, seperti melakukan kegiatan sehari-hari dari bangun tidur hingga malam dengan di poto dan dikirimkan ke guru kelas. Ada juga yang harus menggambar virus corona agar anak-anak memahami situasi yang sedang terjadi.
Kalau tingkat SMP dan SMA sudah beda lagi, ini disesuaikan dengan kondisi siswa masing-masing sekolah. Bagi sekolah di desa yang sebagian besar masih banyak yang belum memiliki android maka penugasan hanya berupa mengerjakan latihan-latihan soal ringan atau mendokumentasikan kegiatan sehari-hari mereka dalam membantu orang tua.
Beda lagi dengan anak-anak sekolah kota, mereka sudah bisa melakukan pembelajaran online baik daring maupun khusus di buat oleh guru masing-masing. Bisa juga berupa teleconferse ataupun tugas individu seperti praktek menari ataupun kegiatan lainnya dalam pantauan guru.
Apalagi bagi mahasiswa akan lebih mudah lagi melakukan kegiatan perkuliahan dari rumah, tanpa perlu mandi dulu mereka bisa menghadapi laptop dan melakukan perkuliahan langsung tatap muka. Yang penting pakaian atas rapi walau bawah pakai celana pendek dan sambil duduk santai di kursi.
Corona virus telah merubah pola belajar dunia pendidikan, semua ada baik dan buruknya. Anak-anak kadang senang melakukan kegiatan dan tugas-tugas itu tapi kadang juga mereka merasa jenuh karena tidak bisa berekspresi dengan teman-temannya.
Tahun 2020 melahirkan anak-anak lulus sekolah generasi corona, tanpa ujian mereka lulus dan naik kelas tanpa perjuangan ptak. Semoga pandemi segera berlalu dan kehidupan kembali normal sehingga dunia anak-anak tidak terampas kebebasan berekspresinya.Â