Mohon tunggu...
Vera Shinta
Vera Shinta Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community' (KBC)

Menulis adalah pelarian emosi paling sexy

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Perjalanan

5 Februari 2020   06:27 Diperbarui: 5 Februari 2020   06:38 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari berganti tahun Sepucuk takdir tidak merubah prasangka Setiap langkah yang ditinggalkan hanya tersisa lelah
Hingga malam tadi saat rintik hujan menemani tetes air mata kecewa mengalir tak henti
Lara hati kembali tertoreh
Diam
Sesak dada
Buntu otak menerima kenyataan
Ternyata kebaikannya tak berarti
Ketulusannya tak dihargai
Yang selalu ada hanya dibenci
Dicaci
Tak pernah terlihat baik
Tak pernah menerima sentuhan kasih sayang yang lembut
Tak pernah merasakan teduhnya pandangan
Tak pernah ada sandaran yang memabukkan
Ujian belum selesai
Malam membawanya kembali diam
Terus melangkah tanpa pegangan
Remang jalan bukanlah penghalang
Diujung sana titik cahaya tujuannya
Oak yang menghalang bukan ancaman
Darah yang menetes dari luka tak membuat mundur
Terus melangkah
Hingga cahaya itu akan menghangatkan dan menenangkannya

Kalimat itu bagai sambaran petir 

Sebuah prasangka buruk yang tertanam berpuluh tahun

Paguyangan,04022020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun