Pada tahun 2023, China meningkatkan tekanan terhadap Taiwan melalui latihan militer yang agresif di Selat Taiwan, termasuk simulasi invasi yang dilakukan oleh Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) pada bulan April 2023.
Tindakan ini dilakukan setelah kunjungan diplomatik Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, ke Amerika Serikat yang memicu respons keras dari Beijing. Pada Agustus 2024, RRT kembali menggelar latihan militer besar-besaran di wilayah yang dekat dengan perairan Taiwan, sebagai unjuk kekuatan dan pesan tegas terhadap kebijakan pro-kemerdekaan yang diusung oleh pemerintahan Taiwan.
Di sisi lain, Taiwan, yang telah mempersiapkan diri untuk menghadapi ancaman ini, mendapatkan dukungan signifikan dari Amerika Serikat. Tahun 2024 menyaksikan peningkatan penjualan senjata dari AS ke Taiwan, termasuk pengiriman sistem pertahanan udara canggih seperti Patriot dan rudal HIMARS. Dukungan ini bertujuan untuk memperkuat kemampuan Taiwan dalam menghadapi ancaman invasi militer dari Beijing.
6.Amerika Serikat dan Kebijakan Ambiguitas Strategis
Sejak 2023, AS mempertahankan kebijakan ambiguitas strategisnya tetapi menunjukkan sikap lebih proaktif dalam mendukung Taiwan. Pada Oktober 2023, Presiden Joe Biden menegaskan kembali bahwa AS akan mendukung Taiwan dalam hal terjadi konflik militer dengan China, meskipun Gedung Putih mengklarifikasi bahwa kebijakan resmi AS terhadap kebijakan “Satu China” tidak berubah.
Peningkatan penjualan senjata, bersama dengan kunjungan diplomatik pejabat AS ke Taiwan pada awal 2024, memicu ketegangan lebih lanjut dengan Beijing.
7.Respon Internasional
Komunitas internasional tetap terbagi dalam menyikapi konflik ini. Pada Januari 2024, negara-negara anggota BRICS, termasuk China, menyuarakan dukungan terhadap prinsip “integritas teritorial” yang menjadi dasar kebijakan RRT terhadap Taiwan. Sementara itu, Jepang dan Korea Selatan secara terbuka mendukung stabilitas di Selat Taiwan dengan mendesak dialog diplomatik untuk menghindari eskalasi militer.
Taiwan juga terus berupaya memperluas partisipasi internasionalnya. Meski Beijing berhasil memblokir keikutsertaan Taiwan dalam Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Mei 2023, dukungan terhadap Taiwan dari negara-negara demokratis terus meningkat, dengan fokus pada prinsip kemandirian dan hak menentukan nasib sendiri.
Tahun 2023-2024 memperlihatkan bahwa konflik China-Taiwan tetap menjadi salah satu isu geopolitik paling krusial. Dengan meningkatnya latihan militer China, dukungan Amerika Serikat terhadap Taiwan, dan perpecahan sikap di kalangan komunitas internasional, situasi ini mengindikasikan bahwa jalan menuju perdamaian masih jauh dari kata pasti. Ketegangan ini menuntut pendekatan diplomatik yang hati-hati untuk mencegah eskalasi konflik bersenjata yang berpotensi memengaruhi stabilitas global.
Konflik antara Tiongkok dan Taiwan berakar kuat pada perselisihan ideologis yang muncul dari Perang Saudara Tiongkok pada tahun 1949, yang menghasilkan pembentukan Taiwan sebagai negara terpisah dengan norma dan identitas demokrasinya sendiri. Sementara Tiongkok menganggap Taiwan sebagai bagian integral dari wilayahnya, Taiwan mengklaim kedaulatannya dan mencari pengakuan internasional.