Karena ideologi politik dan klaim kedaulatan yang saling bertentangan, konflik antara China dan Taiwan memiliki dasar yang kompleks. Beberapa peneliti telah menyelidiki masalah ini dari sudut pandang yang berbeda:
Luo Qi (2000) dalam jurnalnya "China-Taiwan Relations and Implications For Security of Southeast Asia" menjelaskan evolusi hubungan China-Taiwan melalui tiga tahap: konfrontasi militer (1949-1978), hubungan ekonomi dan budaya (1979-1994), dan interaksi ekonomi dengan ketegangan politik (1995-sekarang). Qi menekankan bahwa konflik berkelanjutan antara kedua pihak dapat mempengaruhi stabilitas Asia Timur dan Asia Tenggara.
Chi Chung (2008) dalam bukunya "Conflict of Rules Between China and Taiwan and Their Significance" menganalisis aspek hukum dari konflik ini. Chung berpendapat bahwa "Tiongkok dan Taiwan harus memiliki aturan hukum terlepas dari perselisihan kedaulatan kedua negara tersebut," menyoroti pentingnya kerangka hukum dalam mengelola hubungan lintas selat.
Gang Lin dalam artikelnya "Beijing's New Strategies toward a Changing Taiwan" membahas strategi politik China terhadap Taiwan. Lin menjelaskan bahwa "China memiliki strategi politik untuk terlibat dengan partai KMT yang berkuasa di Taiwan untuk mencapai reunifikasi," menunjukkan upaya China untuk mempengaruhi politik internal Taiwan.
Dimas Aryo Wibowo (2024) dalam artikelnya di Kumparan membahas kebijakan "One China Policy" dan dampaknya terhadap hubungan China-Taiwan. Wibowo menyatakan bahwa "One China Policy dibuat agar terjadi sebuah reunifikasi antara pulau utama China dan Taiwan," menggambarkan tujuan strategis China dalam kebijakannya terhadap Taiwan.
Lindsay Maizland (2022) dalam artikelnya "Why China-Taiwan Relations Are So Tense" yang diterbitkan oleh Council on Foreign Relations, menjelaskan bahwa "Taiwan telah dikelola secara independen dari China sejak 1949, tetapi Beijing memandang pulau itu sebagai bagian dari wilayahnya." Maizland menyoroti akar historis konflik dan implikasinya terhadap hubungan internasional.
Konflik China-Taiwan memiliki banyak aspek sejarah, politik, hukum, dan sosial, seperti yang ditunjukkan oleh analisis literatur ini. Para peneliti menekankan betapa pentingnya memahami bagaimana hubungan lintas selat berkembang, bagaimana kedua belah pihak menggunakan strategi politik, dan bagaimana konflik memengaruhi stabilitas regional dan global.Â
Hubungan antara demokrasi Taiwan dan sistem komunis China selalu terganggu oleh perbedaan ideologi mereka. Ini termasuk interpretasi yang berbeda dari "Politik Satu China".
4.Konflik China-Taiwan: Perkembangan Terkini di 2023-2024
Ketegangan antara China dan Taiwan terus meningkat pada 2023 hingga 2024, menyoroti konflik ideologi dan geopolitik yang semakin kompleks. Dengan situasi global yang sensitif, dinamika konflik ini memberikan dampak signifikan terhadap stabilitas Asia Timur dan dunia.
5.Perkembangan di Tahun 2023-2024