Mohon tunggu...
Veramuna Risqyana
Veramuna Risqyana Mohon Tunggu... Lainnya - Mamah yang menulis.

Akan berisi tentang parenting, hobi, lifestyle, serta keresahan yang terpikirkan tentang suatu isu. Kadang akan menulis fiksi jika sedang mood.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ibu dan Kebosanan

11 November 2021   12:28 Diperbarui: 11 November 2021   12:48 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

"Mbak, jadi ibu rumah tangga itu apa gak bosan?" tanya saya kepada seorang teman.

Saat itu, saya yang baru menikah dan akan resign memang mencari tahu, apakah kelak akan bosan saat menjadi ibu rumah tangga. Seandainya saat ini saya dapat kembali ke masa lalu, akan saya peringatkan diri agar tidak bertanya seperti itu. 

Sebab, pertanyaan ini sama saja dengan bertanya kepada lelaki yang bekerja kasar, misalnya. "Pak, kerja begini apa gak capek?"

Ya, rasa bosan dan kesepian, adalah perasaan yang erat dengan ibu rumah tangga. Bagaimana tidak bosan, seorang ibu rumah tangga harus melakukan hal yang sama berulang-ulang, pekerjaan-pekerjaan yang tidak banyak tantangannya, ketika selesai pun, tidak ada yang memuji ataupun menghargai. Karena menganggap kondisi rumah yang rapi, anak yang bersih dan sehat seharusnya, ya, seperti itu. Ibu jadi jarang mengapresiasi diri, padahal pekerjaannya banyak sekali.

Rasa kesepian juga muncul karena minimnya interaksi sebagai ibu rumah tangga. Terlebih saat suami kerja, atau hanya tinggal berdua, kadang semuanya harus dilakukan sendirian di dalam rumah. Sahabat-sahabat sudah punya keluarga masing-masing, atau sibuk dengan pekerjaan dan dunia mereka sendiri. Akhirnya, muncullah banyak komunitas agar para ibu tidak bosan dalam menghadapi kegiatan sehari-hari.

Selama hampir empat tahun menjadi ibu rumah tangga, saya berulang-kali mencoba komunitas ini-itu. Mencoba banyak hobi baru, meningkatkan kemampuan yang dulu pernah dipunya, hingga pernah juga terjerumus ke kegiatan tidak bermanfaat seperti mengikuti gosip selebritas tertentu. Ini semua saya lakukan agar tidak bosan. Sedangkan rasa kesepian saya sudah lumayan reda dengan adanya anak yang sudah bisa diajak berbincang dan bermain bersama.

Dari rasa bosan itulah, saya menemukan kegemaran baru dalam menulis. Menulis dengan lebih "niat". Saya banyak menulis cerpen, flash fiction, cerita anak, hingga novel. Beberapa sudah dibukukan, beberapa saya ikutkan lomba, ada yang berhasil, ada yang tidak. Semua ini demi mengatasi rasa bosan.

Namun, akhir-akhir ini saya sadar. Kreativitas tidak akan bisa muncul jika tidak ada rasa bosan. Karena itulah, saya mulai menyambut rasa bosan. Setelahnya, saya dapat membuat karya-karya baru, ataupun bereksperimen dengan hal-hal baru. 

Kalau kita tidak dapat menghindari rasa bosan, kenapa tidak memanfaatkannya? Seperti pelangi yang muncul setelah hujan, kreativitas muncul setelah kebosanan.

Hanya saja, kita harus tetap berhati-hati. Terkadang kebosanan terhadap hidup membuat kita menggemari "masalah" yang terjadi di kehidupan orang lain. Hal ini tentu tidak baik, dan tidak ada gunanya.

Ketika kita bosan, tandanya hidup sedang baik-baik saja. Semua hal berjalan dengan semestinya, tanpa masalah besar menanti. Seharusnya, hal ini lebih disyukuri, alih-alih dikeluhkan.

Selamat bersenang-senang setelah merasa bosan!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun