Roda kehidupan selalu berputar. Manusia terkadang berada pada puncak kehidupan, dimana dia merasakan betapa nikmatnya hidup ini. Di sisi lain, manusia juga harus merasakan betapa kejam dan pahitnya perjuangan hidup ini. Namun, semuanya adalah ujian, cobaan dari Sang Maha Kuasa untuk hamba-Nya. Allah tidak akan menguji atau memberi cobaan kepada hamba-Nya di luar batas kemampuan manusia. Semua yang diberikan-Nya, pasti demi kebaikan makhluk-Nya. Dan itulah yang pemuda itu alami…
Satu tahun yang lalu, seorang pemuda bernama Rizal terbilang cukup sukses. Dia mempunyai bisnis yang berawal dari kecil-kecilan, yang akhirnya dapat berkembang. Dari bisnisnya itulah ia dapat membiayai hidupnya sendiri. Sehingga tidak perlu merepotkan orang tuanya lagi.
Semakin tinggi pohon, semakin kencang angin yang menerpa. Semakin besar kapal, semakin besar pula ombak yang menghadang. Agaknya peribahasa itu memang tidak salah. Prahara itu berawal dari sebuah masalah kecil. Sebuah masalah kecil dalam bisnisnya yang dia anggap tidak terlalu merepotkan meskipun tidak segera diselesaikan. Tapi masalah itu lambat laun seperti bola salju, yang lama-kelamaan semakin bertambah besar. Dan sangat berdampak besar pada bisnisnya. Akibat kelalainnya, bisnis yang selama ini ia tekuni, mengalami collapse.
Banyak kewajiban-kewajiban yang harusnya ia penuhi menjadi terbengkalai. Yang menyebabkan dia menumpuk hutang dalam jumlah yang sangat besar. Seolah dihadapkan pada situasi yang semakin rumit, hingga Rizal harus memilih diantara 2 pilihan, yang keduanya tidak ada ingin dia pilih. Pilihan pertama, jika dia tidak bisa membayar hutang-hutangnya, dia akan dilaporkan kepada polisi. Pilihan yang kedua, jika sampai pada batas tanggal pembayaran dia tidak bisa membayar hutang-hutangnya, maka rumah orang tuanya akan diambil paksa.
Di saat posisinya benar-benar seperti telur di ujung tanduk, dia tidak bisa menemukan jalan keluar. Dari sekian banyak masalah, dia mampu menyelesaikan hanya beberapa masalah saja. Dan tetap tidak ada apa-apanya, karena masih jauh lebih banyak masalah yang belum terselesaikan. Rizal merasa dunia seolah seperti akan kiamat. Setiap hari, selalu ada telepon dari orang yang tak dikenal yang meneror dirinya. Dia pun tidak bisa menghindari untuk tidak melayani telepon yang selalu bordering, karena dia tidak punya aktivitas maupun pekerjaan.
Semakin terpojokkan oleh masalah, tidak ada orang yang bisa membantu, termasuk keluarganya. Bahkan diantara saudara-saudaranya pun, termasuk yang memberi hutang kepadanya. Dengan tempo pembayaran hutang tidak lebih dari 1,5 bulan, jika dia tidak dapat melunasi hutang- hutangnya, maka dia harus memilih diantara 2 pilihan tersebut. Dia sudah berusaha untuk memutar otaknya, tetapi tetap jalan buntu yang dia dapatkan. Tidak ada harta yang tersisa untuk membayar hutangnya. Bahkan jika dia bekerja selama 5 tahun pun, masih dirasa kurang untuk melunasi semua hutang-hutangnya.
Ketika dia merasa tidak ada orang yang menguatkannya, maka dia masih mempunyai Allah, Yang Maha Pengasih dan Penyayang kepada hamba-Nya. Tidak bosan-bosan pemuda itu terus berdoa untuk meminta petunjuk jalan keluar dari permasalahannya. Segala cara ibadah yang diajarkan agama dia lakukan demi menjemput jawaban dari permasalahannya. Suatu ketika pemuda itu membaca Al-Qur’an, terdapat beberapa kallam Allah yang menarik hatinya. Yang pertama adalah QS. Ash-Shaff ayat 13, yang artinya, “dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman”.
Ayat tersebut seolah memberikan cahaya bagi hatinya yang selama ini gelap oleh berbagai masalah yang tak kunjung selesai. Kemudian, pemuda itu tidak ragu untuk membaca ayat sebelumnya. Pada QS. Ash-Shaff ayat 10 sampai dengan 12, yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar”.
Setelah membaca dan merenungi ayat-ayat tersebut, dia sempat berpikir akan menjadi tentara Allah, yang akan memberikan apa saja di jalan-Nya. Maka dia mendatangi panti asuhan dan menawarkan dirinya untuk menjadi guru tanpa harus di bayar. Tentu dengan harapan permasalahan yang dihadapinya akan segera selesai.
Ketika pemuda itu berada dalam kamarnya, dia melihat gelas di atas meja yang di dalamnya terdapat sisa kopi. Mengamati barisan semut yang menuju ke gelas tersebut. Barisan semut tersebut terlihat tenang dan cepat sampai pada gelas kopi. Di sisi lain, ada satu semut yang juga sedang menuju pada gelas kopi. Satu semut itu terlihat kebingungan. Semut itu terlihat berputar-putar, kemudian berbalik arah lalu berputar lagi, padahal gelas yang dituju berada tak jauh lagi.
Melalui pengamatannya terhadap semut-semut tersebut, pemuda itu menghubungkannya dengan sholat berjamaah. Sungguh beruntung orang-orang yang selalu melaksanakan sholatnya secara berjamaah. Karena dengan kebersamaan itu, pahala sholatnya akan cepat sampai kepada Sang Khaliq. Tidak hanya pahala 27 derajat yang diperoleh, tetapi juga semakin mempererat ukhuwah Islamiyah. Hal itu juga yang pemuda itu lakukan. Dia semakin bersemangat untuk pergi ke masjid, melaksanakan shalat berjamaah. Dengan harapan Allah akan memberikan setengah dari pahalanya di dunia.
Masalah yang dihadapi pemuda itu tak kunjung sesesai, semakin bertambah besar. Maka dia pun semakin giat untuk menyempurnakan cara tersebut. Ibadah dilakukannya secara maksimal, ikhtiar maksimal, dan tidak berhenti berpikir. Dia yakin, dibalik semua masalahnya, Allah telah menyiapkan pahala yang besar atau rencana yang indah diluar perkiraannya.
Tepat di hari terakhir jangka waktu, teleponnya berdering. Seperti biasa, dia dimarahi dan dimaki-maki. Pemuda tersebut meminta keringanan agar diberi perpanjangan jangka waktu lagi untuk menyelesaikan hutang-hutangnya. Dan mereka sepakat. Allah memang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, kasih sayangnya melebihi semua nikmat-nikmat-Nya. Dalam Al Qur’an surat Al Insyirah ayat 6, yang berbunyi, “sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. Tetapi pemuda itu berpikir lain, sesungguhnya 1 kesulitan itu membawa banyak kemudahan. Meskipun dia tak kunjung menemukan pemecahan bagi permasalahannya.
Pada hari terakhir jangka waktu tambahan yang telah disepakati, pemuda itu tetap belum menemukan jalan keluarnya. Teleponnya berdering. Dia tahu, kemungkinan besar berasal dari penagih hutang. Ternyata dugaannya salah. Suara di seberang telepon bukan suara yang biasanya ia dengar. Bukan suara yang selalu memarahinya lantaran dia tak kunjung melunasi hutangnya. Suara itu berasal dari seseorang yang sudah lama tak ia dengar. Orang itu adalah teman lama mendiang ayahnya. Beliau menyuruhnya datang ke rumahnya.
Meskipun masih dalam keadaan kepala yang dipenuhi tanda tanya, pemuda itu pun menuruti permintaan orang tersebut. Setelah cukup lama berbasa-basi, menanyakan kabar, dan lain sebagainya. Orang itu seakan tahu apa yang sedang dihadapi pemuda tersebut. Beliau menanyakan seluk-beluk permasalahan yang dihadapinya. Pemuda itu pun menceritakan apa adanya.
Di luar dugaannya, orang tersebut bersedia membantu memecahkan masalahnya. Pemuda tersebut diberi uang yang tidak hanya cukup untuk melunasi hutang-hutangnya, tetapi juga sebagai modal untuk menjalankan bisnisnya kembali. Dengan kesabaran, sesuatu yang kita anggap tidak mungkin akan kita dapatkan. Meskipun di dunia ini tidak ada yang mudah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H