Mohon tunggu...
Vera Buu
Vera Buu Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Better late than never ^_^

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bedah Buku "Naluri Vs Nurani di Era Jayabaya"

29 Oktober 2020   21:15 Diperbarui: 29 Oktober 2020   21:22 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Kegiatan dan Cover Buku (Sumber Gambar: Panitia Kegiatan)

Pada Kamis (29/10/2020), melalui via Zoom saya berkesempatan mengikuti acara bedah buku nasional "Naluri VS Nurani di Era Jayabaya" yang ditulis oleh Yusuf Wahyu, SE. Karya tulis ini mengambil latar belakang di era Jayabaya, yang nampak dalam kidung pambuka. 

Novel ini membahas bahwa naluri dan nurani dapat menjadi satu kesatuan yang saling menguatkan, saling melengkapi, saling mengimbangi, saling menjatuhkan, dan bisa juga saling bertentangan, sebab semuanya tergantung pada setiap keputusan individu. Dalam kehidupan sehari -- hari kita selalu melibatkan naluri dan nurani, sebab naluri dan nurani ada pada diri setiap manusia tanpa memandang batas waktu, keadaan, usia, suku, budaya, maupun bangsa.

Maka saya meyakini bahwa buku ini dapat dinikmati oleh umat manusia pada setiap masa tanpa mengenal ruang dan waktu. Hal ini didasari dari isi bacaan yang dapat mengarah pada setiap manusia dikarenakan hanya manusialah yang memiliki naluri dan nurani, sedangkan makhluk hidup lainnya tidak memiliki nurani. Oleh karena itu naluri dan nurani akan selalu ada dari zaman dahulu sampai pada masa yang datang selama manusia itu masih hidup. Kapanpun dan dimanapun keduanya akan selalu ada dan berperan penting dalam kehidupan setiap orang.

Disisi lain penulis novel tersebut juga menegaskan bahwa karangannya ditulis murni sebagai sebuah cerita atau dongeng daripada tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya kecuali latar belakang sejarah yang digunakan. Meskipun demikian hal yang dibahas dalam novel tersebut mengarah pada realita yang terjadi dalam kehidupan kita sehari -- hari. Inti pembahasan inilah yang menurut saya menjadi daya tarik tersendiri dari karya tulis ini. Sebab, sekalipun tampilan karyanya merupakan catatan sejarah di era Jayabaya yang diambil sebagai latar belakang cerita silat/fiksi, namun makna yang dapat diperoleh bagi pembaca buku tersebut dapat berlaku bagi hari kemarin, hari ini, dan hari esok.

n-png-5f9acbd3d541df7f3f598972.png
n-png-5f9acbd3d541df7f3f598972.png
Pelaksanaan bedah buku melalui via zoom (Sumber Gambar: Doc. Pribadi)

Beberapa hal yang telah saya tekankan di atas tentu dapat menjadi keunggulan dari karya tulis tersebut. Selain adanya keunggulan, sebagai manusia tentu terdapat pula kekurangan yang sebetulnya dapat menjadi masukan yang membangun dengan adanya acara bedah buku tersebut. Kekurangan yang dapat saya petik ialah pentingnya menyertakan glosarium pada sebuah karangan sehingga kata yang belum tentu diketahui setiap orang dapat dipahami ketika membaca. Meskipun demikian kekurangan teknis tersebut sebetulnya dapat diperbaiki dengan mudah karena keunggulan dari karya tulis tersebut lebih mendominasi.

Keunggulan inilah yang dapat memberikan manfaat bagi setiap pembacanya. Sebagai seorang penulis beliau tentu telah memikirkan pesan apa yang ingin disampaikan dalam karyanya. Karena tanpa kita sadari hal -- hal kecil yang ada dalam kehidupan kita memiliki dampak yang besar pula dalam setiap fase kehidupan yang akan kita tempuh. Seperti halnya naluri dan nurani yang sebetulnya telah kita tahu keberadaannya dalam diri kita, namun sering kali tidak dapat kita mengkontrolnya dengan baik agar memiliki dampak yang positif dalam keseharian hidup kita masing -- masing.

Seperti yang kita ketahui bahwa naluri memerlukan jangka waktu yang cepat dalam bertindak sehingga cenderung berlandaskan pikiran negatif. Sedangkan nurani memerlukan jangka waktu yang panjang karena sering melalui pertimbangan terlebih dahulu sehingga cenderung berlandaskan pikiran positif. Artinya dalam menjalankan kehidupan sehari -- hari kita tentu selalu dihadapi dengan berbagai pilihan seperti sering kita dengar dan ketahui Life is a Choice. Dan yang perlu disadari bahwa pilihan akan mengantar kita terhadap cara kita untuk hidup dan hasil yang akan kita rasakan berdasarkan pilihan yang telah ditentukan.

Dalam hidup kita membutuhkan perpaduan antara naluri dan nurani, jika hanya salah satunya yang diutamakan maka keseimbangan tentu tidak tercipta dan yang terjadi hanyalah ketimpangan yang sebetulnya tidak diharapkan. Ketika hidup manusia hanya memakai naluri maka kemungkinan yang akan muncul ialah kesombongan dan itu seolah mencabut label bahwa manusia bukan ciptaan istimewa dibandingkan makhluk hidup lainnya yang hanya memiliki naluri. Begitupun ketika hanya memakai nurani atau suara hati, sesuatu yang ingin dicapai tidak akan terwujud sebab tidak adanya usaha yang diupayakan dengan mengasah akal dan budinya. Maka dari itu karya tulis tersebut sebetulnya mengantar kita untuk memahami pentingnya perpaduan yang harmonis antara naluri dan nurani agar kebutuhan lahir dan batin setiap manusia terpenuhi sebagaimana mestinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun