Mohon tunggu...
Veraditias Apriani
Veraditias Apriani Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Sedang belajar...

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Belajar Mengabulkan Harapan Alam

6 Mei 2019   22:25 Diperbarui: 6 Mei 2019   23:01 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: pixabay.com/TheDigitalArtist

Selamat datang kembali di bulan penuh berkah. Semoga berkah-berkah tersebut tak hanya sebutan, namun juga mengaliri diri kita seiring dengan ibadah-ibadah yang kita lakukan.

Ramadan akan selalu penuh harapan. Terlebih untuk diri sendiri, yang berharap supaya dapat beribadah dengan ikhlas dan konsisten. Bahkan hingga Ramadan berakhir. Yaaa, meskipun susah, setidaknya kita akan selalu mengusahakan yang terbaik.

Itu baru harapan saya yang bukan duniawi. Kalau duniawi, jelas banyaak. Seperti halnya harapan para pedagang yang menginginkan dagangannya laris manis di bulan Ramadan melebihi bulan-bulan biasanya.

Beberapa hal tersebut adalah harapan kita-kita sebagai manusia. Seandainya saya bukan manusia, bolehkah saya membayangkan sejenak menjelma menjadi alam?

Jika manusia berpuasa, maka alam tidak pernah. Apa jadinya jika misalnya matahari berpuasa menyinari bumi sehari saja? Bolehkah tumbuhan tak berfotosintesis sehari saja?

Boleh saja kita beribadah dengan khusyuk di masjid. Namun, di beberapa sudut penjuru bumi ini rupanya masih ada oknum-oknum yang membuang sisa takjil yang sudah basi dari masjid. Sisa-sisa jajanan basi dari para pedagang, bahkan dari rumah maupun restoran-restoran yang harus mengorbankan makanan-makanan tak bersalah terbuang hanya karena kelakuan kita yang kekenyangan ketika berbuka. Padahal sewaktu seharian puasa, nafsu makan sudah seperti tidak makan 5 hari.

Tak usah jauh-jauh. Bahkan di rumah saya sendiri pun kadang masih begitu. Makanan yang berlebih, niat hati disimpan, malah sudah basi duluan.

Ya, meskipun sampah-sampah dibuang di tempat yang tepat -- tempat sampah -- tetap saja, adakah yang tahu seberapa bahayanya gas methan dari makanan sisa bagi alam kita tercinta?

Selain itu, berapa pula plastik-plastik yang dihasilkan dari sifat-sifat konsumerisme kita yang meningkat di bulan Ramadan? Meski sebagian orang menyadari, sebagian lain apa peduli bahwa tiap belanja ke pasar, misal dari masing-masing kios mendapat satu kantong plastik, akan berapa plastik jadinya jika tiap hari ada 5 kios yang kita datangi?

Ini pun masih sering saya alami dan saksikan sehari-hari. Jika di bulan-bulan biasa sampah plastik sudah banyak, bulan Ramadan bisa semakin banyak. Seringnya, plastik-plastik tersbeut justru untuk membungkus makanan, sehingga jangan harap bisa dipakai kembali.

Sampah-sampah tersebut bahkan sering menumpuk di pinggiran pasar. Menunggu petugas kebersihan memungutnya. Masih mending kalau pada akhirnya sampah-sampah tersebut mendarat di tempat yang tepat. Nah, kalau nyasar  di perut ikan hiu seperti kasus yang pernah terjadi? Berkah menurut kita, sengsara bagi makhluk lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun