Mohon tunggu...
Vera Damayanti
Vera Damayanti Mohon Tunggu... Guru - guru

menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Artikel Membuat Diorama Box 'How Tall are You?'

9 Februari 2024   08:09 Diperbarui: 9 Februari 2024   08:21 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bingung membuat kegiatan proyek bertema Gaya Hidup Berkelanjutan dengan memanfaatkan barang bekas? Bapak Ibu guru dapat mencoba membimbing peserta didik untuk membuat Diorama Box, disesuaikan dengan materi mata pelajaran yang Bapak Ibu laksanakan. Kebetulan, materi 'How Tall are You' dalam mata pelajaran Bahasa Inggris yang saya ampu adalah untuk Kelas 5 Sekolah Dasar dalam Fase C. Dalam materi ini, ada beberapa kosakata tentang animals (hewan) dan kata sifat seperti big,small, dan sebagainya untuk membandingkan ukuran antara dua hewan yang berbeda.

Nah, dalam proyek ini, para peserta didik yaitu kelas 5B bebas menentukan tema dalam kotak diorama mereka namun masih berhubungan dengan materi 'How Tall are You?'. Dalam imajinasi mereka, dinosaurus menjadi objek benda yang akan mengisi kotak diorama. Beragam usul tema mereka ajukan, mulai dari kebun binatang, wisata air terjun, hingga taman dinosaurus. Semua tampak antusias dan tidak sabar hendak membuat dan merancang Diorama Box sesuai imajinasi.

Sesuai dengan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dengan metode berdiskusi dan berkolaborasi (berkelompok), saya melaksanakan sintaks atau langkah pembelajaran agar kegiatan dapat terlaksana dengan baik, antara lain menentukan pertanyaan dasar, menetapkan konteks belajar, merencanakan aktivitas atau menyusun penjadwalan, monitoring/evaluasi peserta didik tentang perkembangan proyek yang dilaksanakan, menguji hasil, dan evaluasi pengalaman.

Pada tahap merencanakan aktivitas atau menyusun penjadwalan, guru membagi peserta didik dalam kelompok diskusi. Masing-masing kelompok tidak langsung mengerjakan proyek, namun guru perlu mengondisikan peserta didik sesuai karakteristik setiap individu. Bagi saya hal ini sangat penting dilakukan sebab setiap kelompok harus memiliki high achiever students atau siswa yang memiliki pencapaian lebih tinggi yang mampu memimpin anggota kelompoknya. Kerja sama dalam kelompok baru terasa setelah dua pertemuan berikutnya sehingga saya menyatakan bahwa mereka sudah siap bertanggung jawab dan terlibat penuh dalam proyek. Langkah ini juga bertujuan untuk menghindari alasan lupa membawa alat dan bahan pada hari yang ditentukan. Maka mereka juga dibimbing untuk 'menabung' alat dan bahan selama lima hari untuk dimasukkan ke dalam kardus sebagai bahan utama pembuatan kotak diorama. Kecuali peserta didik telah terbiasa siap dan mandiri dalam mempersiapkan tugas, maka Bapak Ibu guru dapat langsung melaksanakan proyek tanpa memakan waktu lebih lama.

Alat dan bahan untuk proyek ini tidak sulit untuk ditemukan. Bagian tersulit adalah mengorganisasi siswa untuk mau dan mampu bekerja sama dalam menentukan ide, apa saja yang akan mereka bawa dan terapkan dalam kotak diorama. Kadang, ketua kelompok mengubah tema berdasarkan kesepakatan kelompok. Hal ini wajar terjadi, asal masih sesuai dengan materi.

Selanjutnya, setelah mengumpulkan alat dan bahan, mereka siap bekerja. Guru hanya perlu membimbing, mengobservasi, menyatukan kembali peserta didik sesuai peran mereka dalam kelompok. Tentu saja, masalah kerap terjadi. Masalah khas perkembangan anak-anak seperti berkeliling, mengobrol, bahkan bermain, namun ada juga saat ketika mereka saling bertukar ide, berdebat, dan akhirnya menyatukan pendapat. Pada hari kedua proyek, kelompok 5 bahkan menumpahkan air larutan pewarna makanan ke lantai. Seketika lantai keramik putih berubah biru, dan peran guru kembali dibutuhkan. Dari peristiwa ini, mereka belajar menyelesaikan masalah agar tidak terjadi lagi pada hari berikutnya.

Peserta didik bahkan saling berbagi tugas dengan teman tanpa diminta guru. Ada yang setuju membawa kardus bekas, plastik, kertas origami, lem bakar, lem castol, gunting, hiasan tanaman bekas akuarium, pewarna makanan, cat air, spidol, kapas, mainan hewan dan dinosaurus, mainan Lego mini, stik es krim, dan lain-lain. Saya sampai terkejut dan kagum bagaimana mereka berhasil mewujudkan Diorama Box setelah beberapa kali pertemuan proyek ini dilaksanakan. Penting untuk diingat, mereka harus menyelesaikan masalah tanpa melibatkan peran dominan guru. Ketika guru memberikan kertas kado untuk membungkus kardus, mereka pun berpikir keras untuk bisa melaksanakan tugas itu dengan baik, termasuk menggunakan media internet untuk menambah inspirasi dan pengetahuan baru.

Pada akhirnya saya bangga pada buah keringat, pemikiran, sekaligus imajinasi mereka. Masing-masing kelompok mampu bekerja sama serta berpikir kritis dan mandiri. Selanjutnya, mereka melaksanakan presentasi menggunakan kalimat sederhana dalam Bahasa Inggris yaitu kalimat perbandingan objek benda yang terdapat dalam Diorama Box setiap kelompok. Pada pembelajaran berikutnya, peserta didik diharapkan dapat lebih kreatif dalam berkolaborasi dalam menerapkan keterampilan abad 21. Semoga pengalaman ini dapat menginspirasi Bapak Ibu Guru hebat. Terima kasih dan salam pendidikan.

Link YouTube :https://youtube.com/shorts/YfLjD73Yusc?si=xS8_iYEz5RIVlhrz

                              https://youtube.com/shorts/fubxV8hX04k?si=scNCYWR4UAHMIz1g

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun