Mohon tunggu...
Vera Bahali
Vera Bahali Mohon Tunggu... -

Asal Labuan Bajo-Flores, menetap sementara di Makassar. Menyukai jurnalistik, sastra dan fotografi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pameran Lukisan Sederhana, Ramah dan Luar Biasa

3 Februari 2014   15:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:12 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari yang lalu saya bersama tiga teman saya dibawa ke tempat pameran lukisan oleh dosen kami, bapak Asdar Muis RMS. Saya sempat bingung saat mendapati tempat pameran lukisan hanyalah rumah salah satu pelukis, bukan galeri atau minimal gedung seperti yang saya bayangkan selama dalam perjalanan. Lebih heran lagi saat melihat segelintir orang yang ternyata semuanya seniman tengah bersila di lantai beralaskan karpet, berbincang dengan hangat sembari menikmati beberapa sajian kue dan minuman dari pemilik rumah. Pameran lukisan yang tidak biasa. Akrab, hangat dan sederhana. Foto: Lukisan "Jalan Depan Rumah Ridwan DMS" (Budi Haryawan)

Foto: "Bermain di Taman Prasejarah" (Ahmad Fauzi) Saya kemudian melihat-lihat lukisan-lukisan yang terpampang di dinding. Semua lukisan dibubuhi judul dan nama pelukis pada kertas putih yang digantung di bawah lukisan. Wow, saya takjub melihat hasil karya para pelukis ramah tersebut. Lukisan-lukisan mereka bagus, menarik dan keren. Tema lukisan juga macam-macam. Ada yang mengarah pada nasionalisme seperti lukisan 'Bermain di Taman Prasejarah' karya Ahmad Fauzi, naturalisme dan romantisme, ada juga lukisan abstrak yang sulit dipahami oleh orang awam seperti saya, yakni lukisan Jenry Passasan yang berjudul 'Untitled'. Lukisan-lukisan tersebut juga tak hanya lukisan yang digambar di kanvas. Ada juga yang memakai media krayon dan kertas karton, seperti lukisan "Cryptic Time" karya Asman Djasmin dan "Pasar Santet" karya Ishakim. Tak kalah indahnya dengan lukisan cat air pada kanvas. Semua lukisan tersebut membuat saya terpukau, berdecak-decak sendiri. Pemilihan warna dan pewarnaan yang rinci membuat wujud gambarnya terlihat hidup, seperti nyata dan bercerita. Mengundang rasa penasaran dalam hati saya untuk mengetahui apa maksud dan isi dari lukisan-lukisan tersebut. Salah satu karya yang juga membuat saya berdecak kagum adalah karya Ishakim, gaya melukis yang tidak biasa dan sangat langka bagi saya.
Foto: "Pasar Santet" (Ishakim) Lukisan tersebut dilukis pada kertas yang berbeda dengan media lukis kertas karton A3 dan krayon. Bedanya dari lukisan lain, lukisan ini menyerupai puzzle yang disambung-sambung untuk bisa melihat dengan jelas objek lukisan. Jadi saat saya dan teman-teman ingin melihat lukisan tersebut, para tetamu harus beranjak dari ruangan karena potongan-potongan lukisan tersebut harus dijejal di lantai untuk disambung-sambungkan. Wah, tak hanya cara melukisnya yang unik, bahkan untuk menikmatinyapun harus dengan cara yang tidak biasa. Pikir saya saat memandang lukisan 'Pasar Santet' yang akhirnya bisa saya lihat wujud lukisannya setelah beberapa menit membantu (menemani) Pak Ishakim menyusun puzzle lukisan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun