Mohon tunggu...
Vera
Vera Mohon Tunggu... Mahasiswa - ganbatte kudasai!

Bismillah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Antusiasme Pengajar Bekali Diri dengan Metode Pembelajaran Inovatif melalui Cakap Pengajar 2024 "Sintak Pembelajaran Abad XXI"

25 Oktober 2024   09:53 Diperbarui: 25 Oktober 2024   09:58 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok : Hoshizora Foundation

Yogyakarta - Pada Jum'at 18 Oktober 2024 lalu, Hoshizora Foundation kembali hadir dengan inisiatifnya untuk mendorong kemajuan pendidikan di Indonesia melalui Cakap Pengajar 2024 "Webinar Sintak Pembelajaran Abad-XXI". Acara ini dihadiri lebih dari 70 pengajar dari berbagai penjuru Indonesia dengan tujuan yang sama, yaitu membekali diri untuk menghadapi tantangan pendidikan di abad 21. Oleh karena itu, webinar ini hadir untuk mendukung pengajar dalam memahami dan menerapkan metode pembelajaran yang relevan secara efektif, sebagai bagian dari upaya Hoshizora Foundation dalam memperkuat kapasitas pengajar di Indonesia.

Seiring perkembangan pendidikan yang semakin dinamis, pengajar pun dituntut untuk memperbarui pendekatan yang lebih relevan, seperti Problem Based Learning, Project Based Learning, dan Discovery Learning. Ketiga pendekatan tersebut menjadi topik utama dalam webinar kali ini yang disampaikan oleh Dr. Purwati Zisca Diana, M.Pd., selaku Dosen di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. 

Menghadapi Tantangan Pendidikan Abad 21 dengan Metode Pembelajaran Inovatif dan Adaptif

Sesi dimulai dengan penyampaian materi oleh narasumber, Ibu Zisca, yang berbagi ilmunya secara rinci tentang sintak Problem Based Learning (PBL), Project Based Learning (PJBL), dan Discovery Learning (DL). Selain itu, narasumber juga menjelaskan bagaimana penerapan nyata pendekatan tersebut secara langsung di kelas. 

Melalui Problem Based Learning (PBL), pengajar diajarkan bagaimana mengajak siswa untuk memecahkan masalah sekaligus melatih siswa untuk berpikir kritis dan analitis. Kemudian, pada metode Project Based Learning (PJBL), pengajar dilatih untuk mendorong siswa bekerja sama dalam tim, membangun kemampuan leadership, dan manajemen proyek. Sedangkan melalui metode Discovery Learning (DL), pengajar dibekali keterampilan untuk membuat siswa lebih mandiri dalam mencari dan memahami informasi. Dengan memahami sintak dan penerapan ketiga metode tersebut, pengajar dapat memperkaya proses pembelajaran di kelas dan membuat proses belajar lebih menyenangkan dan bermakna.

Selama webinar, peserta tampak antusias dalam bertanya dan berdiskusi atas materi yang disampaikan narasumber. Para peserta tertarik dengan bagaimana ketiga pendekatan tersebut diterapkan di kelas mereka masing-masing. Diskusi interaktif ini menunjukkan betapa besarnya semangat peserta untuk terus mengembangkan kapasitas mereka sebagai pengajar.

Pada webinar ini, peserta tidak hanya mendapatkan ilmu dari narasumber, tapi juga mengikuti pre-test dan post-test untuk mengukur pemahaman dari materi yang disampaikan. Tidak berhenti sampai di situ, peserta juga mendapatkan modul mengenai materi yang telah disampaikan. Harapannya, peserta  bisa mempelajari lebih lanjut dan materi bisa diterapkan secara lebih efektif.

"Saya sangat berterima kasih atas webinar Sintak Pembelajaran Abad-21 ini. Materinya sangat relevan dan memberikan wawasan baru tentang penerapan metode pembelajaran inovatif yang bisa langsung saya terapkan di kelas." ungkap Ramadhani Nasrun, seorang guru dari Kepulauan Bangka Belitung sebagai salah satu peserta webinar Cakap Pengajar 2024.

Ruang Berbagi Kisah dari Para Pengajar Hebat

Dok : Hoshizora Foundation
Dok : Hoshizora Foundation

Webinar ini tidak hanya menjadi wadah untuk berbagi ilmu, melainkan juga menjadi ruang untuk berbagi kisah para pengajar hebat dari penjuru Indonesia. Melalui sesi tanya jawab, peserta memiliki ruang untuk sharing dan diskusi atas kondisi belajar mengajar di daerahnya serta mendapatkan solusi praktis dari kendala yang mereka alami. 

"Salah satu hal yang saya kritisi adalah jawasentris, misalkan teknologi. Ini menjadi problem bagi kami. Persoalan tentang ANBK, contohnya. Memang ada pilihannya, antara online atau semi online. Tapi pada akhirnya, ketika kami memilih online, ternyata sinyal bagus, listrik kami yang tidak bagus. Di hari pertama tidak bisa masuk jaringan, hari kedua masuk jaringan tapi listriknya yang mati. Matinya enak kalau 30 menit, tapi di kami mati listrik seharian. Kita berusaha untuk maju, kita memang diharapkan untuk proses pendidikan maju. Tapi ya satu aspek, realitanya itu yang kami hadapi para guru di daerah." cerita Ady Wansa, guru, sekaligus koordinator wilayah Hoshizora Foundation, di Halmahera Selatan.

Cerita lain datang dari koordinator wilayah dari Bima Nusa Tenggara Barat, yang mengajar sebagai guru bahasa Inggris. "Sebagai guru bahasa Inggris, berat sekali mengikuti tuntutan kurikulum karena memang keadaan siswanya yang begitu berat. Misalnya ketika saya mengajar bahasa Inggris, (anak-anak) perlu memahami teks bahasa Inggris. Padahal, memahami teks bahasa Indonesia saja mereka membutuhkan pendekatan dari guru yang luar biasa, apalagi pembelajaran bahasa Inggris. Itu menjadi tantangan bagi kami guru bahasa Inggris." 

Dalam pembelajaran, tidak hanya pengajar yang memiliki peran besar dalam keberhasilan sebuah pembelajaran. Diperlukan sinergi dan dukungan baik siswa itu sendiri, fasilitas, dan sistem yang ada. Selain itu, kondisi daerah juga mempengaruhi bagaimana pembelajaran itu berlangsung. Pengajar juga dituntut untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman dan teknologi yang semakin masif, namun hal itu juga menimbulkan kendala tersendiri dalam proses pembelajaran, seperti akses internet, listrik, dan keterbatasan lain yang dirasakan di beberapa daerah di Indonesia.

Di sesi ini, terdapat beberapa pengajar yang berbagi pengalaman mereka mengajar di daerah masing-masing. Dari sharing tersebut, terpancar perjuangan para pengajar hebat yang memiliki semangat tinggi meski memiliki kendala dalam proses pembelajaran. Ketekunan dan dedikasi mereka menjadi inspirasi bagi kita semua, bahwa tantangan tidak menyurutkan semangat untuk mencetak generasi unggul di Indonesia. Pun dengan berpartisipasi dalam webinar ini, juga membuktikan keinginan para pengajar untuk selalu memberikan yang terbaik bagi siswa.

Melalui webinar ini, pengajar memiliki bekal untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna dan relevan dengan tuntutan zaman. Di abad 21 ini, kemampuan problem solving, critical thinking, dan kolaborasi juga menjadi esensial bagi siswa. Harapannya, materi yang telah disampaikan juga bisa membantu pengajar untuk mengasah kemampuan siswa dengan lebih mudah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun