"Salah satu hal yang saya kritisi adalah jawasentris, misalkan teknologi. Ini menjadi problem bagi kami. Persoalan tentang ANBK, contohnya. Memang ada pilihannya, antara online atau semi online. Tapi pada akhirnya, ketika kami memilih online, ternyata sinyal bagus, listrik kami yang tidak bagus. Di hari pertama tidak bisa masuk jaringan, hari kedua masuk jaringan tapi listriknya yang mati. Matinya enak kalau 30 menit, tapi di kami mati listrik seharian. Kita berusaha untuk maju, kita memang diharapkan untuk proses pendidikan maju. Tapi ya satu aspek, realitanya itu yang kami hadapi para guru di daerah." cerita Ady Wansa, guru, sekaligus koordinator wilayah Hoshizora Foundation, di Halmahera Selatan.
Cerita lain datang dari koordinator wilayah dari Bima Nusa Tenggara Barat, yang mengajar sebagai guru bahasa Inggris. "Sebagai guru bahasa Inggris, berat sekali mengikuti tuntutan kurikulum karena memang keadaan siswanya yang begitu berat. Misalnya ketika saya mengajar bahasa Inggris, (anak-anak) perlu memahami teks bahasa Inggris. Padahal, memahami teks bahasa Indonesia saja mereka membutuhkan pendekatan dari guru yang luar biasa, apalagi pembelajaran bahasa Inggris. Itu menjadi tantangan bagi kami guru bahasa Inggris."Â
Dalam pembelajaran, tidak hanya pengajar yang memiliki peran besar dalam keberhasilan sebuah pembelajaran. Diperlukan sinergi dan dukungan baik siswa itu sendiri, fasilitas, dan sistem yang ada. Selain itu, kondisi daerah juga mempengaruhi bagaimana pembelajaran itu berlangsung. Pengajar juga dituntut untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman dan teknologi yang semakin masif, namun hal itu juga menimbulkan kendala tersendiri dalam proses pembelajaran, seperti akses internet, listrik, dan keterbatasan lain yang dirasakan di beberapa daerah di Indonesia.
Di sesi ini, terdapat beberapa pengajar yang berbagi pengalaman mereka mengajar di daerah masing-masing. Dari sharing tersebut, terpancar perjuangan para pengajar hebat yang memiliki semangat tinggi meski memiliki kendala dalam proses pembelajaran. Ketekunan dan dedikasi mereka menjadi inspirasi bagi kita semua, bahwa tantangan tidak menyurutkan semangat untuk mencetak generasi unggul di Indonesia. Pun dengan berpartisipasi dalam webinar ini, juga membuktikan keinginan para pengajar untuk selalu memberikan yang terbaik bagi siswa.
Melalui webinar ini, pengajar memiliki bekal untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna dan relevan dengan tuntutan zaman. Di abad 21 ini, kemampuan problem solving, critical thinking, dan kolaborasi juga menjadi esensial bagi siswa. Harapannya, materi yang telah disampaikan juga bisa membantu pengajar untuk mengasah kemampuan siswa dengan lebih mudah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H