Mohon tunggu...
Ve Vera
Ve Vera Mohon Tunggu... -

Penikmat coklat dan air putih, serta kalimat : Fokuslah pada tujuan hidup karena matahari pun tidak dapat membakar bila tidak difokuskan (sebuah coretan yang pernah dibaca pada suatu waktu, pada suatu tempat, entah dimana...)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Merekalah Sang Inspirator

12 Maret 2014   18:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:01 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini perempuan berhijab terlihat di mana-mana, bukan hanya di mesjid-mesjid saja. Di kawasan perkantoran, di kampus-kampus, di sekolah-sekolah, bahkan di pusat-pusat perbelanjaan modern. Ya, gaya hidup berhijab telah diterima dengan baik oleh sebagian besar masyarakat kita.

Pandangan terhadap perempuan berhijab pun semakin positif, seiring dengan bertambah banyaknya prestasi dan inspirasi yang mereka sebarkan kepada masyarakat di sekitarnya. Perkembangan hijab saat ini terlihat menggembirakan, meskipun belum seluruhnya sesuai dengan peraturan agama islam. Hal yang patut untuk kita syukuri dan tentunya diperlukan usaha-usaha untuk menyempurnakannya.

Fenomena ini membuat saya teringat teman-teman SMA saya. Saya menjadi murid SMA sekitar awal tahun 1990-an. Pada saat itu, pemakaian hijab di lingkungan sekolah belum diperbolehkan seperti sekarang. Sebagian teman saya, para pejuang hijab, menghadap kepala sekolah untuk membicarakan keinginan mereka dalam berhijab. Sayangnya, usaha para pejuang hijab itu tidak berhasil.

Duh, masa lalu yang sulit. Saya belum berhijab pada masa itu, tetapi saya bersimpati pada perjuangan teman-teman saya. Segala cara mereka lakukan untuk memperjuangkan hijab. Mulai dari yang ngotot berhijab di kelas, mengupayakan dialog-dialog dengan guru dan kepala sekolah, sampai yang terpaksa bongkar-pasang hijabnya. Dikeluarkan dari kelas pada saat jam pelajaran adalah resikonya. Bahkan, kabarnya di sekolah lain, ada murid yang dikeluarkan dari sekolah karena alasan berhijab.

Saya salut dengan semangat mereka. Usia belum mencapai 17 tahun, tetapi telah memiliki pemikiran yang matang. Mereka rela memakai kaus kaki panjang yang mencapai lutut, memakai jaket atau sweater untuk menutup tangan, dan membawa kerudung yang dapat segera dipakai jika kondisi memungkinkan. Sungguh tidak modis. Sungguh berbeda dengan kebanyakan remaja seusianya.

Usaha baik yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan ikhlash memang berbuah manis. Pihak sekolah akhirnya mengijinkan pemakaian hijab di SMA kami, begitu pun dengan sekolah-sekolah lain. Setelah itu, semakin banyak generasi muda yang terinspirasi untuk berhijab. Tidaklah berlebihan kalau saya mengatakan bahwa inspirator fenomena hijab di Indonesia adalah mereka, para pelajar SMA, pejuang hijab, angkatan-angkatan awal 1990-an. Mereka adalah para ibu-ibu yang saat ini berusia antara 37-43 tahun. Yuk Ibu-Ibu, mari kita lanjutkan perjuangan dengan cara mendidik generasi muda muslimah agar pemakaian hijab menjadi lebih bermakna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun