“A-C-I Aku Cinta Indonesia. A-C-I Aku Cinta Indonesia.” Itu adalah lirik lagu latar sebuah drama televisi ketika saya masih anak-anak. ‘Aku Cinta Indonesia’ akhirnya menjadi sebuah slogan yang kerap diucapkan ketika rasa nasionalisme seseorang meningkat. Dalam perkembangannya, slogan tersebut berubah menjadi ‘Aku Cinta Produk Indonesia’ atau ‘Cintai Produk-Produk Dalam Negeri’. Bentuk mutakhir dari slogan ini cukup terkenal di kalangan generasi muda masa kini, yaitu 'Damn, I Love Indonesia'. Saat ini ada kabar gembira bagi para pendukung slogan-slogan tersebut, yaitu dalam waktu dekat akan ada sebuah ajang internasional untuk membuktikan bahwa A-C-I bukan sekedar sebuah slogan. Ya, sebuah kesepakatan di bidang ekonomi ASEAN akan membuktikan apakah kita benar-benar cinta Indonesia.
Pelaksanaan The ASEAN Free Trade Area (AFTA) sudah di depan mata. Kurang dari dua bulan lagi kesepakatan di bidang perekonomian tersebut akan diterapkan di seluruh ASEAN. Sudah sejauh manakah persiapan kita? Apakah Indonesia sudah siap menghadapi AFTA? Siap atau tidak siap, Indonesia harus terus melangkah.
AFTA dibuat untuk meningkatkan daya saing ASEAN sebagai basis produksi barang dan jasa di pasar dunia dan meningkatkan minat investor asing untuk menanamkan modalnya di kawasan ASEAN. Mekanisme utama untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan melalui penerapan tarif bea masuk sebesar 0-5% bagi setiap produk asli negara anggota ASEAN.
Produk asli ASEAN adalah produk yang memiliki kandungan lokal ASEAN paling sedikit 40%. Konsekuensi dari penerapan AFTA adalah membanjirnya produk-produk dari luar Indonesia ke pasar dalam negeri. Kita akan dengan mudah mendapatkan beras Vietnam, buah-buahan segar berlabel serba Bangkok, atau keripik buah ala Filipina. Selain itu, tenaga kerja dari negara-negara anggota ASEAN pun akan meramaikan bursa tenaga kerja di Indonesia, sehingga persaingan untuk mendapatkan pekerjaan akan semakin tajam.
Untuk menghadapi konsekuensi-konsekuensi tersebut, maka diperlukan kerja sama yang erat antara pemerintah dan rakyat Indonesia. Pertanyaan besar saat ini adalah apa yang dapat kita (rakyat) lakukan untuk menghadapi AFTA? Salah satunya adalah dengan mendukung eksistensi UMKM kita untuk menghadapi AFTA. Mari kita mempersiapkan diri untuk menyambut Tahun 2015 yang penuh tantangan, sehingga -meminjam bahasa alay- AFTA benar-benar menjadi Ajang Fembuktian Tjinta IndonesiA.
Dukungan Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
Mengapa UMKM? Walaupun menyandang nama mikro, kecil, dan menengah, bisnis UMKM tidak bisa dipandang sebelah mata. UMKM terbukti mampu bertahan menghadapi krisis ekonomi yang pernah melanda Indonesia beberapa tahun yang lalu. UMKM pun mampu menyerap tenaga kerja yang cukup banyak. Menurut Biro Pusat Statistik (BPS), pada bulan Februari 2014 terdapat 44,20 juta orang yang bekerja di sektor wirausaha dari 118,17 juta orang penduduk berusia di atas 15 tahun yang bekerja.
Sektor UMKM layak untuk terus dikembangkan dalam rangka menghadapi AFTA yang akan berlaku mulai Tahun 2015, terutama untuk mengatasi angka pengangguran yang masih cukup tinggi. Saat ini jumlah pengangguran di Indonesia mencapai angka 7, 39 juta orang atau sekitar 6,25% dari total angkatan kerja Indonesia. Apalagi tenaga kerja Indonesia sebagian besar merupakan lulusan SD ke bawah, yaitu sekitar 46,70%. Tenaga kerja Indonesia lainnya merupakan lulusan SLTP sebanyak 18,25%, lulusan SLTA sekitar 9,10%, lulusan diploma hanya 2,81%, dan lulusan universitas sekitar 6,90% (BPS).
Hal yang dapat kita lakukan sebagai rakyat Indonesia untuk mendukung UMKM dapat bermacam-macam bentuknya. Bagi kalangan menengah atas atau yang memiliki keleluasaan keuangan dapat memilih untuk berinvestasi di sektor UMKM. Jumlahnya tidak harus besar, dapat disesuaikan dengan kondisi keuangan masing-masing. Setiap UMKM dapat memiliki investor lebih dari satu orang. Investasi di UMKM tidak kalah menariknya dengan bentuk investasi lain, bahkan lebih menggairahkan. Seorang investor selain memperoleh keuntungan, ia juga akan melihat bahwa uang yang ditanamnya akan bermanfaat bagi banyak orang, selain untuk dirinya sendiri. Ternyata ia dapat membantu menyediakan lapangan kerja untuk orang lain, sesama rakyat Indonesia.
Bagi yang memiliki keahlian berbisnis, manajemen keuangan, manajemen sumber daya manusia, teknik produksi, pemasaran, dan keahlian-keahlian khusus lainnya dapat memberikan pelatihan-pelatihan atau bimbingan kepada UMKM. Tidak semua UMKM, terutama kelompok usaha mikro, mempunyai dana yang cukup untuk program pengembangan kinerja dan bisnis. Kehadiran forum-forum atau komunitas-komunitas yang dapat memberikan pelatihan dan bimbingan dengan harga miring masih sangat diperlukan untuk menciptakan UMKM yang kuat dengan produk yang berkualitas prima.
Jika anda sedang mencari pekerjaan, sebaiknya anda juga mempertimbangkan untuk bekerja di UMKM. Tenaga kerja terlatih dan terdidik sangat diperlukan oleh UMKM. Bila pendidikan anda kurang, anda dapat mengikuti kursus atau pelatihan yang dapat meningkatkan keahlian anda. Tidak punya dana? Anda dapat memanfaatkan facebook, you tube, atau perpustakaan umum untuk menambah kemampuan dan wawasan anda. Setiap pekerja dan calon pekerja sebaiknya selalu memiliki motivasi untuk meningkatkan keahlian dan memberi yang terbaik kepada tempat kerjanya.
Satu hal penting lainnya dalam mendukung UMKM adalah membeli produk-produk yang dihasilkan oleh UMKM tersebut. Pilihan untuk membeli produk lokal sebaiknya menjadi pilihan pola konsumsi kita karena dapat memperkuat perekonomian nasional.Peran para ibu rumah tangga dalam pembentukan pola konsumsi keluarga sangat penting. Dari keluarga yang terbiasa mengkonsumsi produk lokal diharapkan hadirnya generasi muda yang cinta produk-produk Indonesia.
Adik-adik remaja, banyak lho produk UMKM yang keren-keren. Yuk, kita membeli apel Malang, jeruk Pontianak, batik Garut, sepatu Cibaduyut, kaus-kaus keren dari Bandung, dan lain-lain. Mari kita dukung UMKM Indonesia agar berjaya dalam persaingan global, terutama di kawasan ASEAN….
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H