PEMUDA INDONESIA DIAMBANG KEHANCURAN
AULIA VERA ROZIDA *
Apa yang terjadi dengan pemuda Indonesia kini adalah tragedi yang sungguh mencemaskan negara kita. Bagaimana tidak, pemuda yang semula dipandang bakal menjadi pewaris sah estafet kepemimpinan negara ini mulai menuai kontroversi dikalangan masyarakat.
Hal ini tidak lepas dari pengaruh-pengaruh buruk yang sering terjadi dalam kehidupan mereka. Budaya sex bebas (free sex), miras, narkoba, maupun yang lainnya, adalah bukti kegagalan pemuda dalam mengawal misi suci bangsa.
Pemuda yang awalnya diproyeksikan menjadi generasi-generasi muda harapan bangsa pun seakan tidak berkutik oleh keganasan zaman. Salah siapakah ? Pertanyaan ini kerap kali dipikirkan oleh semua orang yang tidak tega melihat pilar-pilar negara dirobohkan oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab.
Menanggapi permasalahan seperti ini, maka nama-nama seperti para kapitalis, negara asing, koruptor, politikus jahat, maupun yang lainnya seakan diklaim sebagai pihak-pihak yang wajib diusut.
Kapitalis disinyalir menghancurkan generasi bangsa yang dalam hal ini adalah pemuda lewat produk-produk yang dipasarkan. Lewat produk-produk inilah generasi muda menjadi santapan empuk mereka. Para pemuda mulai kehilangan konsentrasinya dalam belajar dan berpaling menjadi komoditi bisnis yang dikorbankan.
Negara asing yang juga mendukung pasar bebas turut mewarnai ajang pertarungan menghancurkan generasi bangsa. Belum selesai masalah itu, para koruptor dan politikus jahatpun diduga sebagai aktor pelengkap dalam memerankan drama mengasyikkan ini.
Tidak dapat dipungkiri, jika berbicara permasalahan ini, maka kita tidak akan lepas dari berbagai sistem yang ada. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah apakah sistemnya yang jahat, ataukah pemuda yang terlalu terobsesi untuk mengikuti perkembangan zaman?
Terlepas dari permasalahan apapun itu, yang jelas semua telah membuka mata kita akan bobroknya kinerja pemerintah dalam mencerdaskan generasi kita. Apalagi kewajiban ini sudah jelas tercantum dalam UUD 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Bukan menghancurkan!
Negara kita dikatakan sebagai negara hukum, namun apakah hukum kita sudah berjalan sebagaimana mestinya, atau bahkan hanya menjadi tameng penguasa?
Kasus-kasus seperti penghancuran tempat-tempat lokalisasi, bar-bar, maupun sampai pada bom Bali, tidak menutup kemungkinan merupakan bentuk kekecewaan masyarakat kita yang pro dengan masa depan generasi bangsa.Mereka kecewa terhadap kinerja pemerintah yang terus-menerus membiarkan orang asing bebas mempertontonkan kebudayaan yang bertentangan dengan budaya bangsa kita.
Hal inilah yang membuat banyak kalangan bertindak sendiri untuk menyelamatkan negara kita dari ancaman neokolonialisme yang sudah diramalkan oleh bung Karno dulu.
Tinggal tugas kita sebagai orang-orang yang disebut-sebut sebagai kelompok elit (Agent of Social Change) untuk membawa perubahan bagi masyarakat, bangsa dan negara kita.
Di zaman yang serba dengan kemudahan ini para pemuda harus membekali dirinya dengan keintelektualan dan kemampuan bersosialisasi supaya memiliki filter dalam bertindak dan berfikir. Sehingga nantinya akan terjadi keseimbangan moral yang diharapkan bermanfaat dalam menjalankan perannya sebagai kontributor terbesar kemajuan bangsa. Amin.
* Penulis adalah Alumni Ilmu Komunikasi Unitri Malang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H