Pilpres kali ini memang sangat menarik, banyak pemilih yang biasanya golput tergerak untuk menodai jarinya di tanggal 9 Juli nanti. Alasannya pun bermacam-macam, dan tidak jarang yang memilih dengan asas "TAKUT" jika kubu lawan jadi presiden.
Sebagai contoh, Kubu PS takut jika JKW jadi presiden akan membuat kaum minoritas menjadi menjamur, terkait wacana penghapusan kolom agama dan pergantian 1 muharam menjadi hari santri. Tentu hal ini cukup menyakitkan bagi umat islam sebagai kaum mayoritas di negeri ini. Lain halnya kubu JKW juga merasa takut jika PS jadi presiden maka kejadian masa lalu terkait kerusuhan mei 1998, penculikan, kekerasan dijaman Orba terulang kembali.
Uniknya dalam pemilihan ini, banyak pemilih yang memilih dengan latar belakang"Ketakutan". Kalau saya sendiri, saya tidak takut memilih, tetapi yang saya takutkan adalah pasca pemilihan. Kenapa?
Jika melihat di media, membaca berita, membaca status rekan-rekan sejawat yang secara terang-terangan mendukung salah satu kubu. Hampir kebanyakan merupakan pendukung yang cinta mati, sehingga setiap tindakan kubu lawan dikatakan salah sedangkan setiap tindakan di kubu sendiri tidak boleh dipersalahkan. Tidak heran rasanya jika saya menduga pasca pemilihan nanti akan ada demo dari kubu yang kalah.
Terlebih dalam masa tenang pun masih ada media yang menggiring masyarakat untuk beropini akan ada banyak terjadi kecurangan dalam pilpres kali ini. Sungguh ironis, dimana keberpihakan media terhadap salah satu kubu turut memicu kerusuhan dimasyarakat secara tidak disadari.Wahai anak muda, jangan mudah terprovokasi setiap perkataan yang ada di media!!
Selain demo dari kubu yang kalah, mungkin akan banyak juga konvoi dari kubu pemenang. Konvoi boleh saja, asal tidak bentrok tentunya.
Damai selalu Indonesia, saat pemilihan maupun pasca pemilihan,,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H