Mohon tunggu...
Venusgazer EP
Venusgazer EP Mohon Tunggu... Freelancer - Just an ordinary freelancer

#You'llNeverWalkAlone |Twitter @venusgazer |email venusgazer@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membangun Sinergi Berkelanjutan Sejak Hari Pertama Sekolah

20 Juli 2016   04:08 Diperbarui: 29 Juli 2016   09:56 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SC cover Video (dok.pti)


Ketika pemerintah mencanangkan Gerakan Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah” para orang tua menyambut dengan positif. Tidak sedikit dari mereka yang jauh hari mengambil jatah cuti demi bisa mengantar anak ke sekolah di tahun ajaran baru. Instansi dan perusahaan swasta juga tidak ketinggalan mengapreasiasi dengan memberi kelonggaran bagi mereka yang datang terlambat.

Di satu sisi, kampanye besar Gerakan Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah, hendak menyampaikan bahwa negara hadir. Negara tidak abai, Pemerintah bukan sekedar administrator semata. Gerakan ini hendak mempertegas hubungan tidak terpisahkan antara keluarga, sekolah, dan masyarakat (Trisentra Pendidikan) demi kemajuan pendidikan nasional.

Mengantar anak di hari pertama sekolah mereka bukan sekedar kewajiban atau tradisi semata. Ini adalah hari yang menjadi pintu masuk terciptanya sebuah sinergi antara anak, orangtua, dan pihak sekolah dalam hal ini diwakili oleh guru yang akan berhubungan langsung dengan anak didik.

Urusan pendidikan tidak bisa hanya dibebankan pada pemerintah dan sekolah saja. Namun harus ada sinergi dan kolaborasi berkelanjutan sepanjang tahun. Komunikasi aktif 2 arah akan menjadi kunci kemajuan anak didik baik secara mental maupun intelektual.

Mengantar anak bukan sampai gerbang atau pintu kelas saja. Ini juga momen yang baik yang tepat untuk mengajari anak mulai memberi salam dan ucapan selamat pagi pada guru. Termasuk guru yang bukan wali kelas mereka. Budi pekerti anak-anak harus ditanamkan sedari awal. Di samping itu buat suasana di mana anak nyaman masuk ke dalam keluarganya yang baru.

Ketika sudah di dalam kelas, bisikan pesan-pesan, doa, dan dukungan moril kita agar mereka bersemangat dalam belajar. Ini salah satu bentuk kepedulian dan kehadiran kita walau tidak ada disamping mereka. Sederhana tetapi akan sangat menguatkan anak-anak kita. Tanamkan pada anak bahwa guru adalah orangtua mereka di sekolah.

Kebetulan saya berkesempatan berbincang dengan wali kelas anak yang baru masuk SD.  Pertama saya menanyakan respon terhadap himbauan pemerintah yang sedang hangat. Ia mengatakan bahwa semua guru sangat menyambut positif. Karena saat yang tepat untuk saling mengenal.

 Ia menambahkan bahwa guru akan sangat senang dan terbantukan jika para orangtua aktif menjalin komunikasi. Maka sejak hari pertama ia sudah menempelkan nomor hp di muka kelas agar semua orangtua bisa menghubungi kapan pun. Ia juga terbuka atas kritik maupun saran dari orangtua.

Orangtua sekarang kritis dan terbuka. Mereka banyak tahu dari internet. Kalau saya malah senang mendapat masukan begitu. Silakan.”

Wanita yang lebih 20 tahun berprofesi sebagai guru itu menambahkan bahwa nanti semua siswa wajib memiliki buku komunikasi. Semacam agenda harian yang berisi apa saja PR dan tugas anak di rumah. Jadi nantinya orangtua harus memberi tandatangan pada PR dan juga agenda anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun