Mau tahu apa yang saya rasakan ketika berhadapan dengan laptop dan jemari mulai menari-nari atas keyboard? I always feel so excited. Ada semacam kegairahan yang timbul lalu menjadii sebuah energi besar yang sedang mengungkungi diri saya. Apalagi jika sedang dikejar-kejar deadline.
Baru setelah dua tahun setelah bergabung di Kompasiana, akhirnya saya sampai pada sebuah kesadaran bahwa “this’s my passion”. Menulis adalah dunia kecil yang mampu membuat saya benar-benar merasa bahagia. Disamping keluarga tentunya.
Ketika beberapa kali menang blog competition, saya berpikir kalau saya mempunyai kemampuan untuk menulis yang baik. Namun baik saja tidaklah cukup apalagi melihat persaingan yang begitu ketat karena banyak penulis-penulis hebat di Kompasiana yang selalu langganan jadi jawara.
Mulailah saya belajar dengan diam-diam ‘mencuri’ ilmu mereka. Disamping itu banyak membaca tips-tips bagaimana menulis yang baik. Salah satu blog yang secara rutin saya kunjungi adalah akun Kompasiana milik Kang Pepih. Di sana boleh dibilang gudang ilmu untuk mengembangkan kemampuan kepenulisan kita. Apalagi bagi mereka yang baru mencoba peruntungan dalam blog competition.
Ketika ada tawaran untuk menjadi ghost writer dan membantu penyusunan buku-buku sekolah saya berpikir mengapa tidak menghasilkan buku sendiri? Dari situ saya akan menghasilkan uang untuk keluarga. Serunya lagi apa yang saya kerjakan tentu selaras dengan passion saya.
Lalu selanjutnya, karya apa yang bisa saya hasilkan agar bisa menghasilkan uang? Tampaknya sulit jika menilik karya-karya yang beragam genre itu. Tentu harus dicari sesuatu yang benar-benar bisa dijual. Salah satu buku dimana saya menjadi penulis bayangan akan edar bulan Desember mendatang. Jika respon pasarnya bagus akan jadi ukuran tersendiri kemana arah yang harus saya kejar secara money oriented. Tidak berlebihan jika saya saya berpikir bahwa menjadi seorang penulis sekaligus entrepreneur bukan sesuatu yang mustahil.
Disamping membuat buku yang komersil sehingga menghasilkan uang, saya ingin suatu saat membuat buku tentang sosok inspiratif. Itu akan menjadi sesuatu yang menjual jika dikemas dengan tepat dan menarik. Lebih dari itu, diharapkan buku tersebut akan menginspirasi mereka yang membacanya.
Terus terang, saya coba belajar dari ilmu dari Dolly Lesmana. Pembicara pada acara Nangkring Kompasiana bersama FWD Life di Medan beberapa waktu lalu. Sebagai entrepreneur muda yang sarat pengalaman, beliau berbagi ilmu yang salah satunya adalah Business Model Canvas yang saya coba implementasikannya dalam artikel ini.
Kemana harus saya lempar produk usaha saya? Komunitas dan pertemanan di media social tentu dapat dimanfaatkan. Menjadikannya sebuah e-book juga tidak sulit. Dengan kemampuan berbahasa Inggris yang tidak jelek, rasanya saya bisa menjadikannya buku berbahasa Inggris dan dijual di situs-situs seperti Amazon, Play Store atau ibooks Store. Akhirnya saya tetapkan bahwa passion saya harus menjadi a sustainable business.