Salah satu pemain Garuda Nusantara yang banyak mendapat sorotan adalah Ronaldo Kwateh. Bisa dibilang minim kontribusi dan sama sekali tidak membuat lawan gentar.Â
Ronaldo pergerakan tanpa bola juga buruk. Bisa dibilang ia lebih banyak berlari tidak tentu arah sehingga membuat rekan-rekannya bingung. Belum lagi ia beberapa kali tertangkap offside, bukan karena perangkap lawan tetapi karena gerakan dan penempatan posisinya.
4. Menyerang dari tengah
Memanfaatkan lebar lapangan kemudian melakukan nyepam crossing terbukti sungguh tidak efektif. lagi-lagi karena akurasi buruk dan penempatan diri penyerang yang sama buruknya.Â
Apalagi bek-bek Filipna dan Myanmar cukup tinggi tentu muda mengantisipasi bola-bola atas. Timnas harus berani melakukan permainan dari tengah kemudian menusuk ke areal pinalti lewat sentuhan satu-dua lalu shooting arah gawang.
5. Hindari pelanggaran yang tidak perlu.
Salah satu kelemahan timnas Indonesia (semua kelompok umur) adalah seringnya melakukan pelanggaran yang tidak perlu. Turnamen internasional dengan wasit lisensi FIFA tentu berbeda dengan kompetisi domestik. Akumulasi kartu atau kartu merah yang diterima karena melakukan pelanggaran bodoh jelas akan merugikan tim.
Contoh nyata pelanggaran yang dilakukan Hokky dalam pertandingan kontra Thailand. Ia sempat melakukan gerakan yang tidak perlu padahal baru saja menerima kartu kuning.
Pelanggaran yang mengakibatkan tendangan bebas di muka gawang juga harus dihindari. Walau timnas memiliki penjaga gawang yang bagus namun Myanmar memiliki penendang yang membahayakan.
Tekel-tekel di dalam kotak pinalti seminimal mungkin harus dihindari. Pada tiga laga terakhir bek timnas mampu tekel dan sapuan bersih. Kredit tersendiri untuk pemain bertahan timnas.
6. Hindari berlama-lama di area pertahanan sendiri.