"Nek meriang aja ngonthal obat bae. "kata mbah putri.
"Lewih apik kerokan. Kana njaluk tulung bulik. Insyaallah mari." Tambahnya lagi.
Mbah putri mungkin risau melihat cucunya yang selalu minum paracetamol kalau badan dirasa kurang sehat.
"Apa betul bisa sembuh. Dan badan dikerok pakai uang logam gitu sakitnya kayak apa? "
Sakit sih, cuma diawal-awal saja kok. Itu pun tidak seperih yang saya duga. Sebagai newbie, saya lebih merasakan geli dan sedikit perih. Tapi saya coba bertahan. Ya karena ingin sembuh.
Terus terang ada sesuatu yang bikin risih dan tidak nyaman di punggung. Yaitu rasa lengket dari minyak kelapa.
Waktu itu saya dikerok dengan menggunakan campuran minyak kelapa, bawang merah, serta sedikit minyak kayu putih.
Tapi kerokan betul-betul cespleng. Badan rasanya jadi enteng dan enakan. Sejak itu saya melupakan obat-obatan jika mulau masuk angin.
Dari situ saya mulai 'cinta' Â pada kerokan. Cara penyembuhan terhadap masuk angin yang mudah, murah, Â dan handal.
Pada satu titik, saya berpikir apalah artinya jika cuma bisa jadi obyek saja alias jadi pasien kerokan. Bukankah lebih bagus jika saya juga mampu membantu orang lain yang masuk angin lewat kerokan.
Ternyata kerokan itu ada 'ilmunya' lho! Bukan saja bagaimana membuat belang-belang merah di sekujur punggung saja.
Dalam artikel ini saya coba mengupas beberapa hal yang berkaitan dengam kerokanisme.