Berbagi Pengalaman Ngeblog Bersama Jamaah Masjid Almubaraq Medan

Memang masih ada kekurangan yaitu peserta belum sempat dipandu untuk membuka akun di Kompasiana karena keterbatasan waktu dan jaringan internet yang tidak stabil. Tetapi minimal peserta sudah mengetahui bahwa Kompasiana bisa menjadi media yang tepat untuk menulis. Nanti di sesi berikutnya baru akan bersama-sama membuat akun di Kompasiana.

Jujur hati saya sangat gembira tujuan untuk membuka pandangan apa yang bisa didapat dari ngeblog sudah tercapai. Memanfaatkan kemajuan dan kemudahan digital saat ini ternyata bukan hanya bikin status curhatan di wall medsos. Lebih dari itu ternyata menulis reportase, pengalaman hidup, traveling, atau opini ternyata bisa dilakukan oleh siapa saja.

Bagi komunitas sendiri, apa yang diperoleh malam betul-betul bermanfaat dan sejalan dengan program-program jamaah. Khususnya dalam rangka menyebarluaskan informasi seputar kegiatan yang akan mereka jalankan. Semakin banyak hal positif yang bisa dilakukan tentu akan semakin baik terutama bagi kaum muda masjid sendiri.

sebagian peserta wanita (dok.pribadi)

Melihat animo yang besar dari peserta rasanya sayang bila tidak direspons secara positif. Ada rencana-rencana ke depan yang sudah saya pikirkan guna menjaga semangat mereka. Sesuatu yang bisa menjadi stimulus teman-teman jamaah Masjid Almubaraq untuk aktif menulis.

Pada kesempatan terakhir, saya dihadiahi sebuah buku berjudul “Krisis Dunia dan Jalan Menuju Perdamaian” yang diserahkan oleh Bapak Miswanto. Sebuah tanda mata yang sungguh berarti bagi saya yang masih amatir ini.

Tanda mata dari bp. Miswanto (dok.pri)

Berbagi pengalaman ngeblog, seperti yang Kompasianer lain sudah sering lakukan, ternyata sungguh menyenangkan. Apalagi masuk dalam komunitas baru dan berbeda keyakinan. Ngeblog ternyata mampu melampaui batasan dan sekat-sekat yang ada dalam kehidupan kita. Inilah (mungkin) yang bisa kita artikan sebagai #Beyondblogging, tagline baru Kompasiana itu.