Roda hidup terus berputar mengikuti waktu. Begitu pula tidak terasa bahwa sudah 5 tahun sebuah kendaraan roda dua bersama kami dalam suka dan duka. Menjadi sarana sehingga kami dimudahkan ketika berpegian. Ada sedikit cerita berkenaan dengan kendaraan kami itu, dan ingin kami bagi di Kompasiana ini.
Kendaraan roda dua yang sehari-hari kami gunakan itu sesungguhnya bukan milik kami pribadi. Sedikit membuka kartu, jika motor tersebut adalah pinjaman dari sebuah keluarga yang sudah seperti saudara sendiri bagi kami.
Setelah kelahiran anak kami yang ke-dua tahun 2015 lalu, keluarga tersebut mungkin jatuh iba melihat kami yang bila kemana-mana harus menggunakan angkutan umum. Baik itu becak kayu, becak mesin, atau angkot. Mereka melihat akan jauh lebih ekonomis jika memiliki kendaraan sendiri.
Pesan Om begitu kami memanggil beliau, sang empunya motor, kala pertama kami mengambil kendaran itu adalah "Silakan gunakan, dirawat, dan yang penting jangan telat bayar pajaknya." Intinya sangatlah jelas bahwa kami harus bertanggungjawab dan menjaga kendaraan tersebut dengan baik. Seperti layaknya milik kami sendiri.
Kendaraan keluaran 2005 itu mungkin juga rejeki bawaan anak. Menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan keluarga kami. Ia setia mengantar anak-anak ke sekolah, pergi beribadah, mengunjungi kerabat saat Idul Fitri maupun Imlek, sampai mencari berita untuk materi penulisan.
Pada awal Maret lalu, adalah jatuh tempo pembayaran pajak tahunan, perpanjangan STNK serta ganti plat nomor. Jika biasanya saya hanya memberi STNK dan uang ke pemilik untuk diuruskan, maka kali itu kendaraan harus dibawa ke kantor Samsat untuk gesek nomor mesin dan rangka.
Berdua kami ke kantor Samsat dengan berboncengan. Ketika berhenti di lampu merah om itu bilang, "Kayaknya masih enak ya?"
"Apanya om?" tanya saya.
"ini enak motornya...rajin servis ya?" katanya dengan logat hokkiannya yang kental.
"rajin ganti oli saja om...soalnya nggak pernah rewel."
"Pas lu starter tadi juga..om sebenarnya dah tahu..nyalanya masih sama kayak pertama-tama punya dulu."