Mohon tunggu...
Venus Christian
Venus Christian Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selamat datang ditaman bermain dan berkarya saya. Semoga kalian juga bisa menikmati hasil karya saya.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Rokar Mereka adalah Udud Bagiku

3 November 2021   11:09 Diperbarui: 3 November 2021   11:16 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Bahasa adalah satu diantara sarana untuk berkomunikasi, dan sudah sedari dulu sudah ada Bahasa gaul yang muncul di tahun 1980-an yang disebut sebagai Bahasa prokem. Bahasa tersebut awalnya digunakan beberapa kelompok saja, terutama bagi para preman, mereka berkomunikasi dengan bahasa itu agar seperti kode dan tidak ada orang luar yang mengetahui artinya. Biar gak repot kalau percakapan rahasia diketahui pihak lain, remaja zaman itu merancang kata-kata baru dengan cara tertentu, Misalnya mengganti kata ke lawan kata, mencari kata sepadan, menentukan angka-angka, penggantian fonem, distribusi fonem, penambahan awalan, sisipan, atau akhiran. Lambat laun Bahasa tersebut mulai dikenal luas sehingga banyak dipahami oleh khalayak umum sehingga digunakan juga sebagai Bahasa gaul sehari-hari untuk berkomunikasi.

Bahasa gaul pada dasarnya adalah kata unik dan berbanding terbalik dengan aslinya, sehingga Bahasa tersebut seperti merusak Bahasa Indonesia. Harus dipahami bahwa tidak semua saat kita dapat menggunakan Bahasa gaul tersebut, kita harus tau kapan untuk tidak menggunakannya.

Salah satu fitur paling terkenal dari bahasa prokem adalah penggunaan sisipan -ok- untuk memproduksi kata-kata baru. Hal ini ditandai dengan kata-kata bahasa Indonesia atau bahasa Betawi yang diambil suku kata pertama plus konsonan pertama suku kata berikutnya, lalu suku kata ini disisipi dengan sisipan -ok- setelah fonem pertama.

Bahasa gaul masih sampai eksis hingga saat ini dikalangan anak muda dan masih sangat sering digunakan, contohnya bokap yang merupakan kata gaul dari ayah dan nyokap untuk ibu, kata tersebut sudah lazim digunakan oleh anak muda terutama yang tinggal didaerah jabodetabek.

Saya melakukan interview tipis kepada para generasi awal munculnya Bahasa gaul prokem tersebut, mereka adalah orang tua saya sendiri. Bapak dan ibu saya sangat antusias ketika saya bertanya perihal ini, mereka berkata seperti nostalgia ke masa muda mereka. "kamu tau gak, jaman papa dulu kami nyebut rokok itu rokar bukan udud kek jaman sekarang" ujar ayah saya sembari tertawa geli. Kemudian disahut lucu oleh ibu saya, "dulu papamu itu statusnya masih bokin nya mama" kemudian ibu dan ayah saya tetawa dengan lepas. Setelah itu saya diberi tahu lagi beberapa kata yang ada didalam kamus Bahasa gaul tersebut, seperti "lokit" yang artinya lihat, "nokip" yang berarti minum alcohol, "rokum" yang berarti rumah.

Belakangan ini Bahasa gaul tersebut kembali naik daun, dikarenakan beberapa tiktokers membuat konten menggunakan kosakata dari Bahasa gaul tersebut, secara tidak langsung Bahasa tersebut kembali menjadi naik daun dan makin dikenal oleh khalayak luas. Tidak ada salahnya ketika kita menggunakan Bahasa proke, justru itu adalah satu diantara ciri khas kebudayaan yang pernah ada di Indonesia sehingga secra tidak langsung kita tetap menjaga eksistensi dari kebudayaan tersebut.

Akan tetapi kita jangan lupa dengan tatanan Bahasa Indonesia yang asli, karena sebernarnya Bahasa Indonesia sangat indah dan romantic jika digunakan dengan tatanan yang benar, dan mungkin kedepannya hal tersebut bisa menjadi trend centar kebahahasaan terbaru yang akan naik daun dikalangan anak muda Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun