Posisi SBY dalam kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini memang unik. Sebagai mantan presiden yang tidak lagi menjabat, banyak pendukung rezim hari ini ingin agar SBY diam-diam saja. Â Tetapi di lain sisi, publik yang gerah dengan ketidakbecusan pemerintah meminta SBY terus bersuara untuk meluruskan kesalahan-kesalahan yang dilakukan pemerintah.Â
Seperti ketika rupiah tembus Rp 15 ribu terhadap dolar. Masyarakat yang cemas, langsung teriak via medsos : "SBY Jangan Diam Saja!". Bahkan banyak tokoh-tokoh juga meminta SBY untuk menyatakan sikap, dan memberikan pandangannya untuk mencegah situasi semakin memburuk.
Harapan dan permintaan publik ini punya landasan kuat. Selama sepuluh tahu SBY memimpin RI, kurs rupiah terhadap dollar relative stabil. Meski dihantam tiga gelombang krisis global yakni 1998-1999, lalu 2008-2009 hingga 2013, pembangunan di era SBY terus berjalan. Lapangan kerja terus dibuka, harga-harga relative stabil dan daya beli masyarakat terus meningkat.
Kesuksesan ini yang kemudian mendorong masyarakat untuk berteriak: "SBY Jangan Diam Saja". SBY diminta untuk memberikan "resep ajaibnya" sehingga pemerintahan era SBY bisa kokoh meski didera dua gelombang krisis yang konon jauh lebih besar dari krisis hari ini.
Kultwit SBY hari ini di Twitter resmi @SBYudhoyono menggambarkan betapa negarawan-nya beliau dalam menyikapi persoalan bangsa. SBY mengibaratkan saran dan kritiknya kepada pemerintah dengan istilah "silent is gold" dan "speak is silver". Ada kalanya dirinya harus diam, dan ada kalanya tampil ke depan. Tetapi pilihan yang diambil selalu berdasarkan pertimbangan yang matang.
SBY bahkan menyebut tak mungkin pemerintahan era kepemimpinannya bisa meraih hasil dan capaian, serta bikin Indonesia lebih maju, jika landasannya tak dibangun oleh para pendahulunya.
Satu yang kemudian publik sering khilaf, barangkali sebab puyeng mesti mengadu ke mana, SBY bukan lagi presiden yang memerintah. Meski demikian, dalam kapasitasnya sebagai ketua umum Partai Demokrat, sekali-sekali SBY menyampaikan  pandangan dan sarannya kepada negara dan pemerintah.
Perihal penurunan nilai rupiah terhadap dolar ini misalnya. Ternyata jauh-jauh hari SBY sudah memperingatkannya. SBY meminta pemerintah jangan terlena pada tren kenaikan dollar di dunia. Â Karena masih ada potensi pelemahan rupiah disebabkan oleh faktor dalam negeri. SBY meminta pemerintah lebih cermat mengawasi berbagai aspek yang mempengaruhi.
Sayangnya, tampaknya pemerintah tidak mengindahkan saran SBY sehingga nilai tukar rupiah melorot.
Syukurnya, SBY tidak sebatas memberi pandangan. Lewat kader-kadernya, utamanya di Partai Demokrat, SBY terjun membantu kesulitan rakyat akibat gonjang-ganjingnya perekonomian. Ini adalah tindakan kongkrit yang dibutuhkan rakyat hari ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H