Mohon tunggu...
Ajie Marzuki Adnan
Ajie Marzuki Adnan Mohon Tunggu... profesional -

Manusia biasa, suka tidur, suka browsing internet, suka baca komik Doraemon juga. Getting older but still a youth!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kemanakah Parpol Saat Bencana Mentawai dan Merapi?

29 Oktober 2010   13:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:59 698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun 2009 lalu pada saat terjadi jebolnyal Tanggul Situ Gintung, banyak parpol yang memberikan perhatiannya untuk membantu korban-korban disana. Pada waktu saya melewati daerah itu 1 tahun yang lalu, 3 hari setelah tragedi terjadi, saya melihat banyak posko-posko bantuan untuk korban bencana Situ Gintung. Yang menarik perhatian saya kala itu adalah banyaknya posko bantuan dan pake bantuan yang di "kemas" dengan simbol atau nama partai tertentu. Sebutlah nama-nama partai-partai besar seperti Golkar, PAN, PKB, PBB, PPP, PDI-P, Hanura, PD, Gerindra dan lain-lain. Bentuk bantuannya bermacam-macam, seperti Indomie, pakaian, air mineral, susu dan tenda darurat yang tentunya dilengkapi dengan aksesori logo/tanda partai.

Pemandangan yang saya lihat waktu itu justru lebih mirip hari-H pemilu karena banyaknya nama, warna dan parpol yang menghiasi berbagai lokasi di dekat tempat kejadian Situ Gintung. Begitu meriahnya warna-warna partai yang bersilewaran di sekitar lokasi, merah, kuning, hijau, biru mewarnai pemandangan di sekitar saya. Praktis pada masa itu, pengungsi Situ Gintung relatif mendapatkan bala bantuan yang cukup berlimpah dan persediaan logistik yang cukup banyak untuk menjamin kondisinya.

Namun kini, satu tahun lebih setelah pesta demokrasi itu berlangsung, keadaan yang sangat berlawanan terjadi di Merapi dan Mentawai. Berdasarkan informasi yang saya dapatkan dari televisi dan kawan saya yang kuliah di Yogyakarta, tidak ada satupun posko pengungsian ataupun bentuk bantuan logistik lainnya yang dikemas dalam suatu wadah yang berhiaskan simbol/aksesoris partai politik. Yang ada hanya himbauan dari para pimpinan cabang parpol terhadap kadernya untuk mengumpulkan sumbangan, itupun akhirnya didistribusikan secara biasa melalui DPD dan badan-badan lain yang mengurusi para pengungsi. Nyaris tidak ada hiasan partai/nama yang terlihat pada bantuan-bantuan tersebut.

Sebenarnya kalau melihat pada satu sisi saja, bentuk bantuan yang berasal dari kader partai itu cukup baik karena terlihat keikhlasan partai untuk membantu warga tanpa ada embel-embel kepentingan pribadi partai. Namun kalau kita membandingkannya dengan bantuan pada kampanye 1 tahun lalu tentunya sangat kontras perbedaannya. Kalau dulu parpol-parpol tampak begitu royal mengeluarkan uang untuk membangun posko dan kemasan bantuan yang bernilai estetika (gambar/warna partai), maka yang kita lihat sekarang adalah “kepelitan” partai dalam mengeluarkan uang guna membuat posko (karena yang saya tahu terlihat tidak ada satupun posko pengungsian yang dananya/pembangunannya berasal dari partai) dan membuat “sampul” indah yang berwarna-warni.

Sumber bantuannya pun sangat berbeda. Kalau pada tragedi Situ Gintung dulu bantuan diambil dari kas partai (untuk beberapa parpol yang saya ketahui) maka bantuan sekarang lebih bersumber pada keuangan pribadi masing-masing kader dan sifatnya hanya bantuan seikhlasnya.

Untuk kasus di Kep. Mentawai memang belum terlalu terlihat karena memang segala bentuk bantuan yang menuju ke pulau-pulau disana masih terhambat oleh kondisi cuaca yang buruk dan ombak yang tinggi. Namun dalam pendapat pribadi saya, saya yakin seyakin-yakinnya bahwa tidak akan banyak jenis bantuan dari Parpol yang akan tiba di Mentawai, tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di Merapi.

Saya pribadi melihat perilaku mendua parpol ini merupakan tanda bahwa parpol di negeri ini masih berorientasikan pada kepentingan kelompok dan tendensi pemerolehan kekuasaan. Saya katakan kepentingan kelompok karena tentu ketika 1 tahun lalu parpol memberikan segudang bantuan adalah untuk mendapatkan dukungan pada waktu pemilu akibat rasa simpati masyarakat karena telah merasa dibantu oleh parpol yang bersangkutan. Dan logikanya, dukungan pemilu dari warga itu dapat menghantarkan parpol yang bersangkutan untuk “menguasai” negara ini

Alangkah indahnya jika semua parpol perduli kepada negara ini seperti yang terjadi 1 tahun silam, ya kan?

source: http://dagelanwayang.com/2010/kemana-parpol-saat-bencana-mentawai-dan-merapi/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun