Mohon tunggu...
Ajie Marzuki Adnan
Ajie Marzuki Adnan Mohon Tunggu... profesional -

Manusia biasa, suka tidur, suka browsing internet, suka baca komik Doraemon juga. Getting older but still a youth!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pak Presiden, Sudah Cukup Menangisnya Yah Pak

21 Oktober 2010   14:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:14 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Barusan saya melihat acara berita di TV yang memberitakan mengenai tangisan SBY saat memberikan sertifikat tanah ke 10 orang petani di Jakarta.

Saya tahu beliau adalah manusia biasa yang juga merupakan orang biasa. Beliau juga punya emosi seperti orang biasa. Namun apakah pantas seorang pemimpin negara besar seperti Indonesia sering menangis di depan publik? Tahun ini saja total saya sudah mencatat sudah 3 kali SBY menangis terang-terangan di depan media.

Jiwa melankolis negeri ini, yang terbukti dari kegemarannya menonton sinetron-sinetron yang penuh air mata, tampak secara tidak langsung di dukung oleh sang presiden sendiri. Sifat cengeng bangsa ini tampak betul-betul telah diwakili oleh sang presiden itu sendiri. Coba bayangkan kalau media luar meliput dan menerbitkan berita mengenai betapa seringnya pak SBY menangis, apa yang ada dipikiran para pemimpin-pemimpin dunia lain?

Setahu saya, baik itu dari pelajaran formal ataupun dari pengalaman hidup, seorang pemimpin tidak boleh menunjukkan sikap lemahnya kepada anak buahnya. Sekarang lihat saja ayah kita, orang tua kita sendiri… apakah beliau sering menangis di depan kita (tentunya saat kita masih kecil/muda) ketika beliau menghadapi masalah? Saya yakin sebagian besar dari kita akan menjawab tidak. Dalam ilmu kepemimpinan yang saya peroleh pun juga mengajarkan bahwa dalam kondisi sesulit apapun, seorang pemimpin dilarang keras menunjukan sikap lemah dan lembeknya didepan anak buah karena akan membuat semangat dan moral anak buahnya down.

Saran saya dari rakyat jelata yang bodoh ini, cukuplah pak acara tangis menangisnya. Mungkin yang bersimpati dengan air mata anda hanya orang-orang pedesaan yang tidak tahu apa itu arti inflasi, liberalisme, globalisasi, PDB, pendapatan perkapita dan lain-lain. Mungkin yang terkagum-kagum dengan sikap pencitraan diri anda adalah orang-orang di daerah yang mungkin akan tersentuh saat melihat tetesan airmata anda. Sedangkan kami dari masyarakat kota yang minimal melek internet sehingga bisa baca tulisan saya ini, lebih mengingkan hasil realistis dari profesi anda yaitu seorang Presiden.

Saya ingin sang presiden kita bekerja keras layaknya seorang Presiden pada umumnya tanpa ada acara tangis menangis. Saya ingin presiden SBY seperti Julius Caesar atau Alexander yang Agung, yang walaupun dilanda berbagai kesulitan besar namun mereka tetap dengan sikap tangguhnya di depan rakyat sebagai seorang pemimpin bangsa. Saya juga berharap pak SBY menjadi seperti sang khalifah Abu Bakar Shiddiq yang sangat memperhatikan kepentingan rakyatnya sampai-sampai mengorbankan kepentingan dirinya sendiri. Saya tidak ingin beliau menjadi seperti aktor utama dalam sinetron Tersanjung yang sedikit-sedikit mengeluarkan airmatanya.

Singkirkan dulu hasrat aktualisasi anda pak, saya tahu bahwa anda tipe karakter yang suka mencitrakan diri anda, dan secara psikologi tidak ada yang salah sebenarnya dengan hal itu. Yang salah hanyalah saat anda lebih mementingkan citra diri anda ketimbang kinerja anda dan anak buah anda. Pencitraan diri itu menjadi salah ketika hal itu menjadi perhatian utama anda daripada perhatian anda terhadap kesejahteraan rakyat negeri ini.

Semoga saja presiden kita bangsa Indonesia yang besar ini bisa memenuhi harapan saya, yang pastinya juga merupakan harapan ratusan juta penduduk negeri ini, Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun