Mohon tunggu...
Venny Ratna
Venny Ratna Mohon Tunggu... -

simple woman with so many desire

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Just Be My Friend

28 Juni 2010   02:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:14 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pernah merasakan terintimidasi dengan pasangan?  Atau malah merasa enjoy banget dengan pasangan?  Permasalahannya mungkin salah satunya adalah bagaimana kita menempatkan diri dan menganggap pasangan seperti apa.  Kalo saya lebih merasa nyaman menganggap pasangan sebagai teman.   Tentunya tidak semua kesempatan dia saya anggap teman.  Ada kalanya saya membutuhkan dia sebagai suami, dan ayah buat anak saya.  Tapi mayoritas teman saya mengungkapkan lebih menikmati hubungan seperti jaman pacaran.  Hal itu bisa saya pahami.  Masa pacaran, kita tidak terlalu merasa terintimidasi.  Toleransi masih sangat besar, rasa cinta masih sangat heboh.  Seiring perjalanan usia pernikahan, kita mengabaikan hal-hal kecil dimasa pacaran yang sebenarnya hal kecil itu membuat kita lebih dekat dengan pasangan.  Kalo ada hal yang rutin dilakukan, misalnya cipika cipiki sebelum berangkat kerja, sepertinya kok hanya sebatas kebiasaan saja.  Tidak ada rasa berdesir di dada.  Mungkin akan menjadi hal yang membuat pasangan menatap kita dengan pandangan aneh tapi bahagia, apabila kita mencium bibirnya lembut dan agak lama.  Hehehehehe... Cuma saran aja sih!

Saat kita merasa kehilangan identitas sebagai manusia utuh, sebagai diri kita sendiri, dan saat kita hanya merasa diri kita adalah seorang istri, suami, ibu, ayah, dan bukan Mazaya, Niken, James, Harun, ada hal-hal yang harus kita lihat kedalam diri kita.  Pada dasarnya manusia mampu melakukan peran ganda dalam hidup mereka.  Dan kita mampu kok berperan sebagai Bu Harun tapi juga kadang sebagai Niken.  Hal itu sah-sah saja, asal kita tepat memainkan peran.  Dan tidak melupakan kodrati kita sebagai suami,istri,ayah dan ibu.  Mungkin akan asyik ya, jika kita bisa membuat pasangan merasa nyaman dengan dirinya sendiri dan diri kita.  Sehingga pasangan tidak sungkan menangis di depan kita saat kalah tender atau dimarahi bos.  Atau melonjak kegirangan dan berputar-putar sambil memegang tangan kita, saat dia naik pangkat atau dapat promosi jabatan.  Pasangan merasa bebas mengungkapkan perasaan dia, dan kita juga.  Hal itu hanya bisa didapat kala kita merasa nyaman dengan orang tersebut.  Seperti kita bebas mengungkapkan perasaan kita saat kita curhat dengan sahabat.

Mungkin tidak semua orang setuju dengan pola pikir saya.  Tapi saya merasa lebih nyaman berperan sebagai teman, dan menganggap pasangan teman saya.  Mungkin bukan sahabat,karena tidak semua bisa saya ungkapkan kepada pasangan. Yaaaa....masak kita PMS lalu telpon pasangan buat curhat, padahal pasangan lagi presentasi?????? Bukan seperti itu khan?  Minimal saat ada perbedaan pendapat yang cukup tajam, saya tarik nafas panjang, mengeluarkan dengan pelan dan mengatakan kepada pasangan,"Huny...Just be my friend"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun