Minggu pagi tanggal 04 Agustus 2019 terjadi pemadaman listrik di Jakarta, Jawa Barat, dan Tangerang. Pemadaman ini bukanlah pemadaman yang biasa, sebab pemadaman terjadi secara massal. Hal ini pernah terjadi sekitar tahun 1997, yaitu pemadaman massal Jawa-Bali.
Baru beberapa menit pemadaman listrik, dua sektor lansung lumpuh yaitu komunikasi dan transportasi. Warga Jakarta yang sedang menikmati mode transportasi terbaru yaitu MRT, harus merasakan dampaknya. Sebab mode MRT tidak dapat beroperasi, hal ini juga dirasakan oleh pengguna KRL. Masyarakatpun beralih ke mode transportasi yang lain yaitu Trans Jakarta. Provider komunikasi termuka yaitu Telkomsel, XL Axiata, dan Indosat juga mengalami gangguan jaringan. Sehingga komunikasi mengalami gangguan karena susah sinyal.
Selain kedua hal di atas, bidang ekonomi juga mengalami kerugian. Banyak industri yang menggunakan listrik untuk produksinya terpaksa berhenti. Mengingat kota yang terkena pemadaman merupakan pusat industri seperti Bekasi, Tangerang, dan beberapa wilayah di Jakarta. Jadi, tidak heran jika masyarakat mengeluh dan menjadikan trending topik di media sosial seperti Twitter.
Pemadaman listrik ini memang memberikan dampak yang tidak menguntungkan. Namun, apa tidak ada hal yang menguntungkan di balik kejadian ini? Tentu ada jika kita semua tenang menghadapinya. Dengan adanya pemadaman listrik membuat kita lebih menghargai listrik. Selama ini mungkin kita sering mengesampingkan penggunaan listrik yang berlebihan atau menggunakan listrik yang padahal tidak dipakai. Tanpa listrik ternyata kehidupan sehari-hari kita menjadi sulit. Seperti mandi, komunikasi, transportasi atau bahkan ekonomi sekalipun. Mengeluh dan mengadu di sosial media tentu tidak langsung mendapatkan tanggapan. Semua membutuhkan waktu untuk memperbaikinya.
Hal lain yang harus kita sadari yaitu ternyata masih ada orang-orang di sekitar kita. Kita setiap harinya tidak lepas dari smarthphone sehingga tidak mempedulikan lingkungan. Pemadaman listrik yang berdampak terhadap gangguan jaringan membuat sebagian orang susah mengakses sosial media atau telepon. Susahnya mengakses sosial media membuat orang merasa kesal. Padahal ada hal positif yang kita dapat dari gangguan jaringan. Kita dapat berkomunikasi secara langsung dengan orang-orang di sekitar. Sebelumnya, kita tidak pernah ngobrol karena terlalu sibuk dengan smartphone masing-masing. Hubungan kita dengan orang sekitar tambah baik dan erat. Suatu hubungan akan erat jika kita sering komunikasi atau mengobrol satu sama lain. Berbagi cerita yang sebelumnya tidak pernah alami.
Dengan tidak menggunakan smartphone, kita dapat lebih menghargai orang lain. Kita mendengarkan apa yang orang lain bicarakan tanpa membagi fokus dengan telepon genggam. Tentu orang lain akan lebih terima kasih karena kita benar-benar mendengarkan. Kita jadi lebih memanusiakan manusia dengan menghargai mereka.
Selain itu semua, ada hal yang positif dengan adanya pemadaman ini. Ketika kita bingung harus ngapain, ada hal yang lebih bermanfaat selain mengeluh di media sosial, yaitu membaca buku. Dengan kemajuan teknologi membuat orang malas untuk membuka buku. Teknologi yang sudah maju membuat semuanya ada dalam satu genggaman, yaitu internet.
Membaca buku membuat waktu kita lebih berguna. Buku memberikan kita manfaat baik itu fiksi atau non fiksi. Dengan membaca buku, kita menghargai para penulis dan penerbit. Mereka yang senantiasa membuat sebuah tulisan dan kemudian diterbitkan ingin berbagi pengetahuan.
Semua musibah memang selalu diikuti oleh kata merugikan atau negatif. Namun, jika kita bijak dan tenang menghadapinya, tentu ada hal positif yang bisa kita lakukan. Kita bisa melakukan yang sebelumnya tidak pernah dilakukan. Jangan hanya mengeluh dan mengeluh di media sosial, lakukan hal yang lebih bermanfaat lagi. Banyak hal yang bisa kita lakukan ketika pemadaman yang tak kunjung pasti akan normal kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H