Mohon tunggu...
Veniola Forestryani
Veniola Forestryani Mohon Tunggu... Lainnya - Staf Pengajar - Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Statistika

Selanjutnya

Tutup

Money

Membuka Potensi Ekonomi Digital ASEAN: Sistem Pembayaran QRIS Cross-Border Sebagai Aset Berharga Integritas Regional

5 November 2023   20:45 Diperbarui: 5 November 2023   20:57 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Kemenparekraf

Setelah sukses memimpin kepresidenan G20, Indonesia kini bertanggung jawab membimbing ASEAN untuk dapat melalui tahun yang penuh tantangan. Keketuaan Indonesia di ASEAN tahun 2023 telah menyoroti komitmen organisasi ini untuk berorientasi pada masyarakat dan menjaga relevansinya di lingkup ASEAN maupun dunia. Komitmen tersebut tercermin melalui tema yang diusung, yaitu "ASEAN Matters: Epicentrum of Growth".  Namun, pertanyaan mendasar tetap mengemuka: Apakah proses pengambilan keputusan di ASEAN sungguh-sungguh memprioritaskan masyarakat wilayah ini, dan apakah perspektif mereka memiliki arti penting bagi para pemimpin ASEAN? Survei State of Southeast Asia 2023 telah mengangkat isu tersebut dan mengungkapkan bahwa komitmen yang terkandung dalam slogan ASEAN yaitu people-centered, nampaknya belum terpenuhi secara maksimal. Survei ini menemukan bahwa persentase responden yang memandang ASEAN sebagai entitas yang elit dan tidak terhubung dengan masyarakat biasa, telah meningkat dari 39% menjadi 46,6% sejak 2022. Sebanyak 82,6% responden menyatakan bahwa ASEAN lambat dan tidak efektif sehingga tidak mampu menghadapi perkembangan politik dan ekonomi yang dinamis. Survei yang sama juga mencatat adanya peningkatan persentase orang yang merasa bahwa ASEAN semakin terpecah atau kurang bersatu (60,7% pada tahun 2023 dibandingkan 48,2% pada tahun 2022). Dengan kata lain, ASEAN saat ini dihadapkan pada tantangan dalam menjaga relevansinya di dunia yang terus berubah.  

Sebagai catatan tambahan, survei Poll on ASEAN Awareness tahun 2018 yang dilakukan oleh ASEAN mengungkapkan kurangnya pemahaman di antara masyarakat di kawasan ini tentang tujuan keberadaan komunitas ASEAN, meskipun mereka dapat mengidentifikasi diri mereka sebagai penduduk ASEAN. Selanjutnya, wawancara mendalam yang dilakukan terhadap organisasi masyarakat sipil dan perwakilan sektor swasta memperkuat ketidaksesuaian ini. Hanya 15% dari para pemangku kepentingan tersebut yang menyatakan kepuasan mereka terhadap efektivitas metode komunikasi ASEAN. Temuan-temuan ini menegaskan perlunya peningkatan inklusivitas dan responsivitas dalam pendekatan ASEAN terhadap tata kelola wilayahnya, guna memastikan bahwa masyarakat merasa lebih terlibat dan didengar dalam upaya integrasi kawasan yang berkelanjutan.

Agar ASEAN menjadi relevan bagi penduduknya, berkelanjutan, dan mampu maju bersama, diperlukan suatu elemen pemersatu. Elemen pemersatu ini harus mampu mengatasi perbedaan budaya, bahasa, dan kepentingan nasional yang beragam di seluruh kawasan ASEAN. Hal ini dapat mencakup nilai-nilai dan visi bersama, atau inisiatif konkret dalam berbagai bidang, yang membantu menciptakan identitas bersama dan tujuan yang saling menguntungkan bagi semua anggota. Dalam konteks ekonomi, QRIS Cross-Border dapat dianggap sebagai aset berharga di kawasan ASEAN yang memiliki potensi untuk menyatukan negara-negara anggotanya yang beragam dan mempromosikan integrasi ekonomi.  Bank Indonesia telah mengambil langkah untuk merevolusi pembayaran lintas negara melalui QRIS Cross-Border, yang saat ini sudah bisa digunakan di Thailand, Malaysia, serta akan segera implementasikan di Singapura dan Filipina. Sistem pembayaran ini adalah ekstensi teknologi kode QR (Quick Respon) yang memungkinkan pembayaran lintas negara lebih efisien dan mudah. Seperti namanya, data dapat dengan cepat ditangkap hanya dengan pemindai kode QR dan ditransmisikan dalam hitungan detik. Dengan pemrograman kode QR yang berisi kumpulan informasi terenkripsi secara unik, akurasi dan keamanan dalam transaksi dapat dijamin. QRIS Cross-Border memungkinkan pengguna untuk dapat melakukan transaksi pembayaran di luar negeri tanpa harus mengkhawatirkan keperluan untuk menukarkan mata uang, yang sering kali melibatkan biaya konversi yang tinggi, serta tanpa perlu menghadapi kerumitan administratif terkait dengan berbagai mata uang asing yang berbeda. Hanya dengan scan kode QR melalui aplikasi pembayaran digital di smartphone, mata uang Rupiah dalam saldo e-wallet ataupun rekening akan otomatis terkonversi ke mata uang negara tujuan sehingga transaksi pembayaran dapat diselesaikan dengan cepat. Kemampuan QRIS Cross-Border untuk menghubungkan berbagai layanan pembayaran di berbagai negara ASEAN memberi peluang kepada mereka yang sebelumnya mungkin sulit mengakses layanan finansial lintas batas untuk dapat melakukannya dengan lebih mudah. QRIS Cross-Border juga mendukung pertumbuhan bisnis lintas batas di ASEAN, yang pada waktunya akan menciptakan lapangan kerja dan peluang ekonomi yang dapat memberdayakan masyarakat. Sekilas, sistem pembayaran mungkin tidak tampak seperti pemeran utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi regional. Namun, seiring kita menyadari adanya jaringan interaksi ekonomi yang kompleks antar kawasan, menjadi jelas bahwa kemampuan untuk memfasilitasi transaksi keuangan lintas negara dengan lancar merupakan hal yang esensial. Apalagi menurut rekomendasi IMF, konektivitas digital merupakan investasi yang strategis bagi ASEAN di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Bank Indonesia dan instansi terkait layak mendapat apresiasi atas upayanya memanfaatkan potensi keuangan digital dalam skala nasional maupun regional ASEAN. Dalam skala nasional, menyimak data Bank Indonesia, sistem pembayaran QRIS—yang diluncurkan pada tahun 2019—telah menggaet hampir 37 juta pengguna, menyentuh angka 82% dari target 45 juta pengguna di tahun 2023 di Indonesia. Namun, optimisme ini tidak hanya bersifat domestik. Kondisi ekonomi digital ASEAN menunjukkan betapa potensialnya wilayah ini dalam skala global. Selain menjadi salah satu area dengan pertumbuhan paling dinamis dalam ekonomi global, negara-negara anggota ASEAN digadang-gadang akan menjadi megamarket berikutnya untuk industri pembiayaan konsumen digital. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Boku, sebuah perusahaan pembayaran fintech, Asia Tenggara adalah kawasan dengan pertumbuhan mobile wallet (e-wallet menggunakan aplikasi smartphone) tercepat di dunia pada tahun 2021, dimana jumlah akun aktif di ASEAN-5 + Vietnam diperkirakan akan tumbuh lebih dari tiga kali lipat menjadi sekitar 440 juta pada tahun 2025. Selain itu, dilansir dari Boston Consulting Group, hingga tahun 2019 setidaknya 10% dari populasi orang dewasa (18 tahun ke atas) di Malaysia, Vietnam, Thailand, Indonesia, dan Singapura telah menggunakan e-wallet. Level penetrasi ini berada jauh di atas level penetrasi negara-negara maju dan digolongkan berada dalam kelompok Tipping Point atau titik ambang batas kritis. Sistem pembayaran cross-border ini juga mendapat respon positif, ditandai dengan komitmen pemimpin-pemimpin ASEAN untuk menciptakan jaringan pembayaran lintas batas dengan mekanisme kode QR yang tertuang dalam ASEAN Leaders Declaration on Advancing Regional Payment Connectivity and Promoting Local Currency Transaction. Potensi-potensi inilah yang sekiranya diharapkan mampu meningkatkan kualitas ekosistem ekonomi digital di ASEAN sehingga implementasi QRIS Cross-Border dapat segera tumbuh secara masif.  

 

Penetrasi e-wallet (Sumber: BCG) 
Penetrasi e-wallet (Sumber: BCG) 

Sistem pembayaran berbasis kode QR yang sedang dikembangkan di ASEAN ini memiliki potensi besar untuk memperkuat identitas ekonomi kawasan tanpa harus menghadapi kompleksitas penggunaan satu mata uang tunggal dan mengurangi ketergantungan aktivitas ekonomi terhadap dollar. Jika berhasil diterapkan, inovasi sistem pembayaran ASEAN berbasis QRIS Cross-Border ini tidak hanya akan menjadi yang pertama di dunia, tetapi juga diharapkan dapat meningkatkan arus investasi di kawasan.  Di zaman di mana para investor mencari peluang pertumbuhan dan stabilitas yang tinggi, kemudahan konektivitas yang ditawarkan oleh sistem pembayaran ini dapat meningkatkan daya tarik ASEAN.

Foreign Direct Investment (FDI) tidak hanya vital dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan pekerjaan, namun juga dapat  memfasilitasi pertukaran teknologi yang mutakhir dan memperkuat industri lokal. Selain itu, investasi juga membuka jalan bagi peningkatan infrastruktur, kualitas kehidupan melalui sistem transportasi, energi, dan komunikasi yang lebih baik. Ripple effect dari kegiatan investasi juga meliputi adanya peningkatan perdagangan antara ASEAN dan mitra global serta pendalaman hubungan ekonomi dan diplomatik. Namun, negara-negara ASEAN harus dengan cerdik menavigasi investasi ini, memastikan bahwa investasi tersebut sejalan dengan visi jangka panjang ASEAN serta mampu membantu mengatasi masalah utama, seperti kesenjangan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan, sehingga benar-benar memanfaatkan kekuatan investasi demi kemakmuran regional.  

Penggunaan QRIS Cross-Border oleh masyarakat luas di kehidupan sehari-hari merupakan penggerak utama dalam meningkatkan peluang investasi di ASEAN. Implementasi massal akan sistem ini menandakan adanya interoperabilitas pembayaran lintas batas yang efisien dan tanpa kendala. Adopsi ini menumbuhkan kepercayaan investor, mencerminkan stabilitas ekonomi ASEAN dan komitmen terhadap integrasi regional.  Inklusivitas dan aksesibilitas untuk UMKM juga dapat memperluas peluang ekonomi. Singkatnya, antusiasme warga negara terhadap QRIS Cross-Border secara kolektif meningkatkan peluang investasi dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi dan integrasi wilayah.  

ASEAN dengan keberagamannya yang luar biasa, adalah contoh utama kompleksitas yang muncul ketika berbagai negara bersatu demi keuntungan bersama. QRIS Cross-Border hadir sebagai benang pemersatu yang menghubungkan perekonomian yang berbeda-beda menjadi sebuah kesatuan yang kohesif. Pentingnya sistem pembayaran ini terletak pada kemampuannya untuk mengatasi hambatan – baik hambatan budaya, bahasa, atau ekonomi. QRIS Cross-Border mencerminkan bagaimana ASEAN berusaha untuk mewujudkan konsep "people-centered" dalam konteks ekonomi dan keuangan, dengan memberikan solusi nyata yang menguntungkan masyarakat dan memungkinkan mereka untuk berpartisipasi dalam integrasi ekonomi lintas batas di kawasan ASEAN. QRISnya satu, menangnya banyak!  

 

-Participant of BI Digital Content Competition 2023

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun