Kalau berbicara mengenai silsilah Kerajaan Kutai, kalian mungkin sudah tidak asing dengan Raja Mulawarman. Ia adalah raja yang berhasil membawa kerajaan tersebut menuju puncak kejayaan. Seperti yang tertulis pada prasasti Yupa yang merupakan peninggalan Kerajaan Kutai, Raja Aswawarman mendapatkan julukan Sang Ansuman atau Dewa Matahari. Konon pada zaman dahulu, rakyat di kerajaan tersebut sangat menjunjung tinggi Dewa Matahari yang memiliki kedudukan yang sangat penting.Â
Maka, itu bisa diartikan kalau rakyat sangat menghargai dan menjunjung tinggi sang raja. Pada masa pemerintahannya, Raja Aswawarman mulai melakukan ekspansi atau perluasan wilayah.Â
Sayangnya, tidak ada informasi tentang berapa lama ia menduduki tahta kerajaan. Menurut sebuah sumber, sang raja memiliki tiga orang anak. Hanya saja, yang paling dikenal adalah Mulawarman yang kemudian menggantikannya menjadi seorang raja. Nah pada hal ini mencakup kehidupan sosial politik dan ekonomi kerajaan kutai.Â
Kehidupan sosial politik kerajaan kutai awalnya diperkirakan merupakan seorang kepala suku lokal. Hal itu didasarkan pada namanya, yang belum tersentuh budaya Hindu-Buddha. Selain itu, pendapat lain meyakini Raja Kudungga belum memeluk agama Hindu saat mendirikan Kutai. Sementara pengaruh Hindu-Buddha baru masuk pada masa pemerintahannya. Setelah turun takhta, Kudungga digantikan oleh Asmawarman sebagai raja. Dalam prasasti Yupa, disebutkan bahwa Asmawarman dianggap seperti Dewa Ansuman atau Dewa Matahari.Â
Asmawarman juga mendapat julukan Wamsakerta atau pembentuk keluarga/dinasti Hindu dalam prasasti Yupa. Oleh karena itu, ia dianggap sebagai raja Kutai pertama yang memeluk Hindu. Setelah Asmawarman turun takhta, Kerajaan Kutai dipimpin oleh putranya, Raja Mulawarman.Pada masa kepemimpinan Mulawarman inilah, Kerajaan Kutai mengalami kejayaan yang dibuktikan dengan wilayah kekuasaannya yang mencapai seluruh Provinsi Kalimantan Timur sekarang.Â
Selain itu, Raja Mulawarman disebut pernah mengadakan upacara persembahan 20.000 ekor lembu untuk kaum Brahmana. Dalam Prasasti Yupa tertulis bahwa masyarakat sudah banyak yang menganut agama Hindu, sehingga pola pengaturan kerajaan kepada masyarakat sangat teratur seperti pemerintahan Kerajaan India.Â
Masyarakat di Kerajaan Kutai dapat menerima unsur budaya luar (India), namun tetap memelihara dan melestarikan budayanya sendiri. Contohnya prasasti berbentuk Yupa yang menggunakan huruf Pallawa menunjukkan adanya pengaruh dari India Selatan. Sedangkan Yupa sendiri merupakan bentuk perkembangan dari menhir, kebudayaan asli nenek moyang bangsa Indonesia zaman Megalitikum.Â
Kehidupan budaya Kerajaan Kutai juga sudah maju. Hal ini dibuktikan dengan upcacara penghinduan Vratyastoma. Di masa Raja Mulawarman, upacara tersebut telah dipimpin oleh pendeta Brahmana yang merupakan orang lokal, Artinya kala itu telah ada kaum Brahmana asli nusantara yang memiliki kemampuan intelektual tinggi, khususnya penguasaan terhadap bahasa Sansekerta.
Sedangkankehidupan ekonomi kerajaan kutai tidak jauh dari kehidupan yang sekarang masyarakat sulawesi terapkan yakni banyaknya masyarakat bekerja di bidang pertanian Selain itu, ada juga yang berdagang, bahkan dengan negeri-negeri asing, seperti China dan India, karena letaknya yang berada di jalur perdagangan. Pasalnya, wilayah Kutai dilewati jalur perdagangan yang menghubungkan Selat Makassar, Filipina, hingga ke China.Â
Masyarakat Kerajaan Kutai pun hidup makmur karena perdagangannya cukupp ramai dan hasil pertaniannya melimpah. Di samping itu, salah satu mata pencarian masyarakat Kutai adalah beternak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H